SP Maria dari Garabandal
Saya ingin samapikan kepda umat katolik yang mengunjungi blog ini harap baca debgan segenap hati, apa pesan dan kesan nya didalam. Saya menyaling tex dari berbagai segi dan ranku, menjadi satu tex yakni tex dibawah ini.
Add caption
Garabandal adalah sebuah desa kecil di Spanyol utara, propinsi Santander,
dekat pegunungan Picos de Europa. Tak lebih dari 300 orang tinggal di dusun
yang sunyi itu.
Empat orang anak perempuan: Conchita Gonzalez, Maria Dolores (Mari-loli)
Mazon, Jacinta Gonzalez dan Maria Cruz Gonzalez, sedang bermain di pinggir
dusun pada suatu sore, pada tanggal 18 Juni 1961. Mereka ini berasal dari
keluarga miskin; usia mereka duabelas tahun, terkecuali Maria Cruz yang masih
berusia sebelas tahun. Sekonyong-konyong keempatnya mendengar suara
menggelegar, seperti kilat, dan melihat di hadapan mereka suatu figur cemerlang
Malaikat Agung St Mikhael. Di bawah kaki malaikat terdapat sebuah pesan,
tampaknya dalam bahasa Latin, yang tidak dimengerti oleh anak-anak. Barulah
kemudian, pada tanggal 4 Juli 1961, dua hari sesudah penampakannya yang
pertama, Bunda Maria menjelaskan pesan ini yang artinya adalah bahwa kita
“harus sering mengunjungi Sakramen Mahakudus”.
Conchita mencatat dalam Buku Hariannya:
“Pada awal penampakan, Malaikat St Mikhael memberi kami hosti yang belum
dikonsekrasikan. Kami telah makan sebelumnya, tetapi ia memberikan hosti juga
kepada kami. Ia melakukan ini untuk mengajarkan kepada kami bagaimana menyambut
Komuni.
Suatu hari ia meminta kami untuk pergi ke pepohonan pinus [Di atas
dusun adalah sebuah bukit yang curam di mana berdiri tegak sekelompok pohon
pinus, sembilan batang jumlahnya] di pagi hari tanpa makan apapun dan
dengan membawa seorang gadis kecil bersama kami. Kami membawa serta seorang
gadis kecil dan melakukan apa yang ia minta kami lakukan. Ketika tiba di
pepohonan pinus, malaikat menampakkan diri kepada kami dengan sebuah piala yang
tampak seperti emas. Ia berkata: `Aku akan memberi kalian Komuni Kudus, tetapi
kali ini Hosti telah dikonsekrir. Daraskanlah “Saya Mengaku”'. Kami
mendaraskannya dan lalu ia memberi kami Komuni Kudus. Selanjutnya, ia
mengatakan bahwa sepatutnya kami mengucap syukur kepada Allah. Ketika kami
telah melakukannya, ia mengatakan kepada kami untuk bersamanya mendaraskan doa
`Anima
Christi'. Ini juga kami lakukan. Kemudian ia mengatakan: `Aku akan memberi
kalian Komuni lagi besok.' Dan ia pun pergi.
Ketika kami menceritakan ini kepada orang banyak, sebagian menjadi tidak
percaya, teristimewa para imam, sebab mereka mengatakan bahwa seorang malaikat
tidak dapat mengkonsekrasikan. Ketika kami bertemu dengan malaikat lagi, kami
menyampaikan kepadanya apa yang telah dikatakan orang dan ia menjawab bahwa ia
mengambil Hosti yang telah dikonsekrir dari tabernakel-tabernakel dunia.”
Sepanjang masa ini, ketika para visioner menyambut Ekaristi dari St
Mikhael, ada suatu pelajaran yang dapat dipetik dalam hal persiapan untuk
menyambut Komuni Kudus secara pantas. Suatu hari Jacinta, Loli, dan Conchita
dipanggil untuk datang ke lokasi yang sama. Ketiganya berlutut dalam satu
barisan di hadapan malaikat; Jacinta berada di tengah. Semuanya berjalan
seperti biasa: kata pengantar dari Malaikat mengenai apa yang akan mereka
lakukan, “Saya Mengaku” yang didaraskan anak-anak, “Inilah Anak Domba Allah….”
“Ya Tuhan saya tidak pantas.” Malaikat memberikan Komuni kepada anak pertama
dalam barisan seperti biasanya. Sepentara itu, Jacinta, di baris berikutnya,
menengadahkan kepalanya, membuka mulut dan menjulurkan lidah untuk menyambut
Komuni. Akan tetapi Malaikat tidak berlaku seperti biasanya, melainkan seolah
Jacinta tidak ada di sana, melewatinya dengan Tubuh Tuhan kita kepada gadis
ketiga. Melihat hal ini, mata gadis kecil ini terbuka lebar dan basah oleh
airmata.
Penjelasan datang segera. Ia ingat bagaimana ia berbantah dengan ibunya.
Apakah yang telah begitu sering dikatakan Santa Perawan? Ia harus lebih
berupaya untuk menaklukkan kesalahan itu, kurang penyerahan diri, cara
berbicara yang seperti itu. Ia tak dapat menyambut Tuhan dalam keadaan yang
demikian. Baik Jacinta maupun ibunya sudah tak ingat lagi perihal perbantahan
itu, tetapi bagi Allah, dosa tidak lenyap hanya dengan sekedar melupakan,
melainkan dengan tobat yang tulus, dan dengan pergi - sangat penting bagi dosa
berat - mengaku dosa.
Selanjutnya, St Mikhael memaklumkan bahwa pada tanggal 2 Juli mereka akan
melihat Bunda Maria. Demikianlah, pada hari Minggu, 2 Juli 1961, pukul enam
petang, anak-anak gadis itu pergi ke tempat di mana St Mikhael biasa
menampakkan diri. Khalayak ramai yang mengikuti mereka tercengang ketika
melihat sekonyong-konyong keempatnya masuk dalam ekstasi. Bunda Maria
menampakkan diri dengan didampingi dua malaikat, salah satunya adalah St
Mikhael. Mereka menceritakan penampakan itu sebagai berikut:
“Ia mengenakan gaun putih dengan sehelai mantol biru dan sebuah mahkota
bintang-bintang emas. Kedua tangannya ramping. Sebuah skapulir coklat ada di
tangan kanannya, terkecuali apabila ia sedang menggendong Kanak-kanak Yesus
dalam pelukannya. Rambutnya, coklat gelap, dibelah di tengah. Wajahnya panjang,
dengan hidung yang indah. Mulutnya sangat elok dengan bibir yang agak sedikit
tebal. Ia tampak seperti seorang gadis berusia delapanbelas tahun. Ia tinggi
semampai. Tak ada suara seperti suaranya. Tak ada perempuan sepertinya, baik dalam
suara maupun wajah atau apapun. Bunda Maria menyatakan diri sebagai Bunda Maria
dari Karmel.”
Sesekali, angin menyibakkan rambutnya yang panjang yang terjuntai hingga
ke pinggang. Anak-anak berbicara kepada sang Perawan dengan sangat polos. “Kami
menceritakan kepadanya,” kata mereka, “tugas-tugas kami, bagaimana kami pergi
ke padang….” Dan “Ia tersenyum atas hal-hal kecil yang kami sampaikan
kepadanya.” Bunda Maria memberitahukan kepada mereka bagaimana seharusnya
berbicara kepadanya: “Seperti anak-anak yang berbicara kepada ibunya dan
menceritakan semuanya … Anak-anak bergirang melihat ibunya setelah tak
melihatnya beberapa saat lamanya.”
Apabila penampakan terjadi, anak-anak itu secara spontan jatuh berlutut,
ekspresi wajah mereka berubah, sepenuhnya larut dalam keterpesonaan. Ekstasi
ini dapat berlangsung dari beberapa menit hingga beberapa jam. Banyak dari
antara khalayak yang hadir memberikan berbagai benda seperti Kitab Suci,
rosario, skapulir, medali, salib, dsbnya untuk dikecup Bunda Maria. Conchita
menulis, “Bunda Maria mengatakan bahwa Yesus akan mengadakan mukjizat melalui
benda-benda yang dikecup olehnya. Mereka yang membawa atau mengenakannya dengan
iman dan kepercayaan akan mengalami purgatorium mereka di sini di dunia.”
Penampakan membangkitkan banyak pertobatan orang-orang berdosa, dan semua orang
digerakkan untuk tumbuh dalam iman, harapan dan kasih.
Dalam pesan tertanggal 18 Oktober 1961, Bunda Maria mengatakan: “Kita harus
mempersembahkan banyak kurban, melakukan banyak penitensi. Kita harus sering
mengunjungi Sakramen Mahakudus; tetapi pertama-tama, kita harus baik, jika
tidak demikian, suatu penghukuman akan menimpa kita. Piala telah terisi, dan
terkecuali kita berubah, suatu penghukuman yang sangat dahsyat akan datang.”
Pada tanggal 2 Mei 1962 malaikat memberitahu Conchita bahwa Allah akan
mengadakan suatu mukjizat supaya semua orang percaya: mereka akan melihat Hosti
Kudus di lidah visioner pada saat Komuni dan bahwa ia harus memaklumkan hal ini
limabelas hari sebelum hal itu terjadi. Tengah malam tanggal 28 Juli 1962,
Conchita yang berada di rumah masuk dalam ekstasi dan keluar ke jalanan. Tak
jauh dari rumah ia jatuh berlutut di tengah massa yang mengikutinya sejak dari
rumah. Ia menjulurkan lidahnya yang kosong. Beberapa saat kemudian, sebuah
Hosti putih muncul di lidahnya dan tinggal di sana selama beberapa menit
lamanya.
Conchita dengan jelas mengatakan bahwa Bunda Maria menjanjikan suatu
mukjizat yang terlebih agung di Garabandal agar semua orang percaya pada
penampakan dan taat pada pesannya. “Sebab hukuman yang pantas bagi kita akibat
dosa-dosa dunia begitu besar, maka mukjizat haruslah juga besar, sebab dunia
membutuhkannya.”
Mukjizat akan terjadi di Garabandal dalam rentang waktu 12 bulan sesudah
Peringatan… akan terjadi pada hari Kamis pukul 8.30 sore pada pesta seorang
kudus martir Ekaristi… terjadinya pada bulan April… antara tanggal 7 dan 17
bulan itu tetapi bukan tanggal 7 ataupun tanggal 17… akan tampak dengan melihat
di atas area Pepohonan Pinus dan akan tampak dari sekitar lereng gunung yang
akan berfungsi sebagai amphitheater alam. Peristiwa ini akan berlangsung selama
seperempat jam. Harinya akan bersamaan dengan suatu peristiwa besar Gereja.
Mereka yang sakit yang datang ke Garabandal pada hari itu akan disembuhkan, tak
peduli apapun penyakit ataupun agamanya, orang-orang yang tidak percaya akan
dipertobatkan.
Akan ada suatu Tanda Permanen di “Pepohonan Pinus” sebagai bukti
kelihatan dari kasih Bunda Maria kepada segenap umat manusia. Tanda ini akan
menjadi “sesuatu” yang belum pernah dilihat sebelumnya di bumi. Tanda yang
tinggal ini akan dapat dilihat, difoto dan direkam televisi; tanda ini akan
tinggal selamanya di pepohonan pinus, akan kelihatan dan dapat disentuh akan
tetapi tak dapat dirasakan… akan seperti asap.
Conchita menulis: “Santa Perawan tidak memperkenankanku untuk
menyingkapkan seperti apa mukjizat itu meski aku sudah mengetahuinya. Pun aku
tak dapat menyingkapkan tanggal terjadinya, meski aku tahu, hingga delapan hari
sebelum hal itu terjadi.” Sebelum mukjizat, Bunda Maria mengatakan bahwa
segenap uamt manusia akan menerima suatu peringatan dari surga. Cara
memaklumkan tanggal itu sendiri nantinya akan merupakan suatu mukjizat.
Pertama-tama, suatu Peringatan bagi Seluruh Dunia yang akan terjadi di
langit… seperti tabrakan antara dua bintang yang tidak jatuh… ini akan
menakutkan segenap umat manusia tak peduli di manapun ia mungkin berada saat
itu… akan seribu kali lebih dahsyat dari gempa bumi… seperti api yang tak
membakar daging kita … akan berlangsung sangat singkat, meski bagi kita akan
terasa sangat lama… tak seorang pun dapat mencegahnya terjadi… ini akan dikenal
sebagai berasal dari Allah… akan serupa suatu penghukuman… dimaksukdan untuk
menjadi suatu pemurnian… seperti penyingkapan dosa-dosa kita dan apa yang akan
kita rasakan dalam hati akan lebih buruk dari sekedar duka. Ini tak akan
membunuh kita, jika kita mati itu karena diakibatkan oleh emosi dalam diri
kita. Tanggalnya tidak disingkapkan, hanya hal ini akan terjadi sebelum
pemakluman mukjizat.
Conchita menulis: “Peringatan ini berasal langsung dari Allah dan akan
terlihat oleh seluruh dunia dan dari tempat manapun. Peringatan ini akan
seperti penyingkapan dosa-dosa kita dan akan dilihat dan dirasakan oleh semua
orang, yang percaya dan yang tidak percaya, tak peduli apapun agamanya.
Peringatan ini akan dilihat dan dirasakan di segenap bagian dunia dan oleh
setiap orang.”
Dengan cara ini kepada dunia ditawarkan sarana pemurnian untuk
mempersiapkan diri bagi rahmat luar biasa dari Mukjizat Agung. Jacinta
mengatakan bahwa Mukjizat akan terjadi dalam rentang waktu satu tahun sesudah
Peringatan.
Pada tanggal 1 Januari 1965, Bunda Maria mengatakan kepada Conchita bahwa
pada tanggal 18 Juni, peringatan empat tahun penampakan, ia akan menyampaikan
suatu pesan lain. Demikianlah, pada tanggal 18 Juni 1965, menjelang tangah
malam, Conchita berjalan menuju Pepohonan Pinus ke tempat yang disebut the
Cuadro. Ia mengalami ekstasi selama limabelas menit. St Mikhael menampakkan
diri kepadanya untuk menyampaikan pesan dari Bunda Maria yang dipublikasikan
keesokan harinya:
“Oleh sebab pesanku pada tanggal 18 Oktober tidak diindahkan dan tidak
disampaikan kepada dunia, maka aku katakan kepada kalian bahwa ini adalah pesan
yang terakhir. Sebelumnya, piala telah terisi. Sekarang isinya telah meluap. Banyak
kardinal, banyak uskup dan banyak imam ada di jalan kebinasaan dengan membawa
banyak jiwa-jiwa bersama mereka. Semakin dan semakin kurang penghargaan
diberikan kepada Ekaristi. Kalian haruslah menghindarkan murka Allah dari diri
kalian dengan segala daya upaya. Apabila kalian mohon pengampunan dengan hati
yang tulus, Ia akan mengampuni kalian. Kalian sekarang menerima
peringatan-peringatan terakhir. Aku, Bundamu, melalui perantaraan St Mikhael,
hendak memintamu untuk berubah, bahwa kalian telah berada dalam
peringatan-peringatan terakhir. Aku sangat mengasihi kalian dan tak menghendaki
penghukuman kalian. Berdoalah kepada Kami dengan tulus dan Kami akan
mengabulkan permohonan-permohonan kalian. Hendaknya kalian melakukan lebih
banyak kurban. Renungkanlah Sengsara Yesus.”
Dalam beberapa kesempatan, Conchita menyampaikan, “Santa Perawan
mengatakan bahwa jika kita tidak bertobat dengan adanya Peringatan dan
Mukjizat, maka akan ada Penghukuman. Akan tetapi ini tidak mutlak.” “Yesus tak
hendak mengirimkan penghukuman untuk mematahkan semangat kita, melainkan untuk
membantu kita dan memperingatkan kita sebab kita tak mengindahkan-Nya.” “Aku
telah melihat penghukuman. Aku dapat memastikan bahwa jika penghukuman datang,
ini akan lebih buruk dari diselubungi api, lebih buruk dari menanggung api di
atas dan di bawahmu… Ketika aku melihatnya, aku merasa sangat ngeri meski
bahkan pada saat itu aku memandang kepada Santa Perawan.” “Jika penghukuman
datang, dan saya yakin akan datang, penghukuman ini akan datang sesudah
mukjizat yang dijanjikan.”
Satu-satunya, selain keempat visioner, yang melihat Bunda Maria di
Garabandal adalah seorang imam Yesuit Spanyol berusia 38 tahun, Pater Luis
Marie Andreu. Pada tanggal 8 Agustus 1961, ia ada di antara khalayak
ramai di Pepohonan Pinus ketika sekonyong-konyong ia berseru, “Mukjizat!
Mukjizat!” Ia tak hanya melihat Santa Perawan Maria, melainkan kepadanya
ditunjukkan juga Mukjizat Agung yang akan datang. Anak-anak dalam ekstasi mendengar
Bunda Maria mengatakan kepada sang imam: “Engkau akan segera bersamaku.” Pater
Luis Marie Andreu wafat pada malam itu juga karena sukacita yang dahsyat. Orang
mencatat kata-katanya yang terakhir:
“Oh! Betapa seorang ibunda yang manis dan mengagumkan yang kita miliki di
surga… betapa bahagianya aku… betapa karunia yang telah dianugerahkan Santa
Perawan kepadaku. Betapa beruntungnya kita memiliki seorang ibunda sepertinya
di surga! Tak ada alasan untuk takut pada kehidupan adikodrati. Anak-anak gadis
itu telah memberikan kepada kita suatu teladan akan bagaimana kita seharusnya
berlaku terhadap Santa Perawan. Tak diragukan lagi, dalam benakku hal-hal yang
menyangkut anak-anak gadis itu adalah benar adanya. Mengapakah Santa Perawan
telah memilih kami? Inilah hari yang paling membahagiakan dalam hidupku.”
Dengan kata-kata ini, Pater menundukkan kepalanya dan wafat. Bunda Maria
mengatakan bahwa “pada hari SESUDAH Mukjizat, tubuhnya akan didapati tidak
mengalami kerusakan.”
Bunda Maria menunjukkan perhatian dan kepedulian istimewa kepada semua
imam; terus-menerus ia meminta mereka untuk datang ke Garabandal. Ia memberikan
kemampuan kepada anak-anak untuk mengenali imam, bahkan meski mereka datang
dengan pakaian awam, dan menyingkapkan keadaan jiwa mereka. Bunda Maria
mengajarkan kepada anak-anak bahwa imam lebih penting bahkan dari malaikat
sebab dengan tahbisannya, imam memiliki kuasa untuk mengubah roti dan anggur
menjadi Tubuh dan Darah Kristus dalam Kurban Kudus Misa.
Diperkirakan terjadi sekitar 200 penampakan kepada anak-anak gadis ini
antara tahun 1961 sampai dengan 1965. Sepanjang masa ini, Santa Perawan
memberikan pengajaran kepada anak-anak mengenai banyak ajaran iman, teristimewa
sehubungan dengan Ekaristi, Rosario, ketaatan, Imamat dan penitensi. Berikut
adalah sebagian di antaranya:
Imamat
Imamat merupakan pesan penting di Garabandal. Conchita mengatakan bahwa
dalam setiap penampakan Santa Perawan selalu meminta doa bagi para imam. Ia
menekankan pentingnya berdoa bagi para imam agar mereka kudus dan menghantar
yang lain pada kekudusan dngan teladan mereka.
Conchita, Buku Catatan Harian: “… ia mengatakan kepada kami mengenai
nilai seorang imam. Ia membandingkan seorang imam dengan seorang malaikat dan
mengatakan bahwa apabila kami melihat seorang malaikat dan seorang imam
hendaknyalah kita terlebih dahulu menyalami imam atau berlutut di hadapan imam
daripada malaikat. Ia mengatakan bahwa itu karena imam mengkonsekrasikan, ia
menggenggam Yesus Kristus dalam tangan-tangannya sementara malaikat tidak.”
Conchita, wawancara, 1973: “Aku ingat bahwa pada waktu itu, banyak
imam biasa datang, dan banyak dari antara mereka mengenakan baju awam. Aku
tidak tahu bagaimana, tetapi kami selalu tahu siapa-siapa yang adalah imam,
bahkan meski mereka ada di antara banyak orang. Satu malam, sementara melihat
Santa Perawan, ada banyak sekali orang. Santa Perawan menyuruh kami untuk
merentangkan tangan kami, jadi kami melakukannya. Ketika telah usai, kami tahu
bahwa semua kepada siapa kami telah memberikan salib untuk dicium adalah imam
dalam pakaian awam.”
Pada tahun 1970, kepada Conchita diajukan pertanyaan “Mengapakah sekarang
banyak imam meninggalkan Gereja?” Ia menjawab: “Sebab mereka tidak mengasihi
Santa Perawan.”
Ekaristi
Ekaristi juga merupakan fokus penting di Garabandal. Bunda Maria
terus-menerus mendorong kita untuk sering mengunjungi Sakramen Mahakudus dan
menunjukkan kepada anak-anak bagaimana menyambut Ekaristi secara pantas. Santa
Perawan menghantar anak-anak nyaris setiap hari (dan terkadang beberapa kali
dalam sehari) untuk mengunjungi Sakramen Mahakudus di gereja. Dan ketika
otoritas diosesan setempat melarang mereka memasuki gereja dalam keadaan
ekstasi, Santa Perawan memerintahkan mereka berlutut dalam ekstasi di depan
pintu gereja, atau ia menghantar mereka dalam ekstasi mengelilingi gereja,
dengan mendaraskan rosario sementara mereka berjalan.
Conchita: “… ia [Bunda Maria] mengatakan bahwa adalah merupakan rahmat
yang terlebih besar menyambut Yesus [dalam Komuni Kudus] daripada melihatnya.”
Rosario
Santa Perawan meluangkan banyak waktu untuk mengajarkan kepada anak-anak
bagaimana mendaraskan rosario dengan “pantas, dan perlahan”.
Conchita, Buku Catatan Harian: “Ketika kami tiba di altar… ia mulai
mendaraskan Aku Percaya dengan sangat perlahan bersama Santa Perawan. Mari Cruz
mengatakan bahwa Santa Perawan memimpin dan mendaraskan doa terlebih dahulu
guna mengajarkan kepadanya bagaimana berdoa dengan perlahan. Setelah Aku
Percaya, ia mendaraskan Salam Ya Ratu dan lalu membuat tanda salib dengan
sangat perlahan dan sangat layak - muy despcio, muy bien.”
Ketaatan
Yesus mengatakan: “`Ketaatan. Aku datang untuk melakukan kehendak BapaKu. Aku taat pada
OrangtuaKu, Aku taat pada mereka yang menyiksa-Ku dan sekarang Aku taat pada
para Imam.' … Aku paham bahwa upaya kita, tak peduli betapa besar, tidaklah berkenan
kepada Allah apabila tanpa meterai ketaatan… Dengan taat pada superior, kita
taat pada Allah. Tak ada bedanya apakah seorang malaikat atau seorang manusia
yang, bertindak atas nama Allah, menyampaikan perintah kepadaku; aku harus
selalu taat.”~ (Buku Catatan Harian St Faustina)
Santa Perawan mengajarkan kepada anak-anak pentingnya ketaatan,
teristimewa kepada Uskup. Sesungguhnya ia mengatakan kepada anak-anak untuk
lebih taat pada Uskup daripada kepadanya.
Conchita, wawancara, 1973: “Pada
awalnya, kami biasa masuk ke dalam Gereja. Tetapi orang banyak, karena ingin
menjadi yang pertama ketika kami merentangkan tangan, menimbulkan keonaran.
Maka Uskup mengatakan bahwa kami tak boleh lagi masuk ke dalam gereja. Jadi
Santa Perawan, sejak dari saat Uskup mengatakan bahwa kami tak boleh masuk ke
dalam gereja, tak pernah memperbolehkan kami masuk ke dalam gereja lagi.” Sejak
saat itu, Santa Perawan sendiri tak lagi masuk ke dalam gereja melainkan
tinggal di luar.
Pada tahun 1965, menanggapi mereka yang antusias untuk menyebarkan pesan
Garabandal, Conchita menulis: “Ini berkenan kepada Santa Perawan. Ia amat
senang kita bekerja menyebarluaskan pesan. Inilah yang ia kehendaki. Tetapi ia
ingin kita taat pada Gereja, sebab dengan demikianlah kita memberikan kemuliaan
yang terlebih besar kepada Allah.” Enam tahun kemudian Conchita menyampaikan
hal yang sama: “Renungkanlah ini. Jika sesuatu adalah karya Allah, Ia akan
memastikan bahwa karya itu akan menang dengan cara terbaik melewati segala
rintangan. Allah yang mengerjakan segalanya. Terkadang Ia bertindak melalui
kita, tetapi ia dapat juga melewati kita untuk melakukan mukjizat dan keajaiban
besar. Apa yang perlu kita lakukan adalah berkurban diri, setia dalam doa dan
dalam mendaraskan Rosario Suci, dan sering mengunjungi Sakramen Mahakudus.”
Penitensi dan Kurban
Conchita, wawancara, 1972: “Bunda Maria menjelaskan mengenai kurban dan
mengatakan bahwa kurban-kurban harus diingat setiap saat sepanjang hari, sebab
kita senantiasa ada di hadapan Allah… [Sekali waktu] kami mengenakan ikat
pinggang dengan kencang. Kami berusaha melakukan hal-hal yang dapat membuat
Bunda Maria melihat bahwa kami melakukan matiraga. Ia melihat, dan tersenyum,
mengatakan bahwa ini bukanlah penitensi yang ia maksud; jangan pernah menyakiti
diri kita sendiri, melainkan menerima apa yang Allah berikan kepada kita dalam
kehidupan sehari-hari… hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari.”
Mary Loli, surat, 1963: “Santa Perawan membuatku tahu apabila seorang
imam ada dalam keadaan dosa. Ia membuatku tahu bahwa imam tersebut membutuhkan
banyak doa dan kurban. Ia membuatku memahami Penyaliban dalam Misa Kudus, sebab
aku menjadi paham akan kerendahan hati, kurban bagi dunia. Aku berbicara dengan
Santa Perawan dalam suatu lokusi dan memintanya untuk memberiku salib untuk
ditanggung demi para imam. Ia mengatakan untuk menanggung segalanya dengan
sabar dan rendah hati, yang adalah apa yang paling menyukakan hati Allah. Dan
aku bertanya kepadanya, `Apakah aku akan segera mati?' Ia menjawab: `Tidak.
Engkau akan harus tinggal di dunia untuk menderita. Di tempat manapun engkau
berada engkau akan menderita.' Ia juga mengatakan, `Berdoalah rosario setiap
hari. Berdoalah bagi para imam, sebab ada sebagian yang membutuhkan lebuh
banyak kurban bagi mereka setiap hari.'” (Baik dicatat bahwa Mary Loli wafat
pada tanggal 20 April 2009. Ia didiagnosa menderita lupus, pulmonary fibrosis,
dan banyak masalah komplikasi kesehatan, yang harus ditanggugnnya selama 23
tahun terakhir hidupnya.)
Conchita, wawancara, 1973: “Mengenai penitensi dan kurban. Penitensi
adalah apa yang kita kenakan pada diri kita sendiri, kurban adalah merelakan
sesuatu sebagaimana ditawarkan situasi. Misalnya, seorang mencela kita dan kita
tidak membantah. Atau jika kita menerima pukulan, kita mempersembahkannya
kepada Allah.”
Hari Sabtu, tanggal 13 November 1965 adalah penampakan terakhir Bunda
Maria kepada Conchita di Garabandal. Berikut adalah kutipan dari surat Conchita
menceritakan secara rinci peristiwa tersebut:
“Aku melihatnya dengan Kanak-kanak dalam pelukannya. Ia mengenakan gaun
yang seperti biasanya dan tersenyum….”
“Adakah kau ingat apa yang aku sampaikan kepadamu pada hari peringatan
orang kudusmu - bahwa engkau akan banyak menderita di dunia? … Sekarang aku
mengulanginya kepadamu. Percayalah kepada Kami.”
“Betapa aku tiada layak, ya Bunda kami, akan begitu banyak rahmat yang
aku terima melalui engkau, dan sekarang engkau telah datang kepadaku untuk
membantuku memikul salib kecilku.”
“Conchita, aku tidak datang hanya untukmu, tetapi aku aku datang untuk
semua anak-anakku, dengan kerinduan untuk mendekatkan mereka ke Hati Kami.” ….
“Conchita, katakanlah, katakanlah kepadaku mengenai anak-anakku. Aku
menempatkan mereka semua di bawah mantolku.” ….
“Tahukah kau, Conchita, mengapa aku tidak datang secara pribadi pada
tanggal 18 Juni untuk menyampaikan kepadamu pesan bagi dunia? Sebab sungguh
menyakitkan hatiku untuk menyampaikannya sendiri, namun aku harus mengatakannya
kepada kalian demi kebaikan kalian sendiri, dan jika engkau menggenapinya, demi
kemuliaan Allah. Aku sangat amat mengasihi kalian dan aku menghendaki
keselamatan kalian; untuk mengumpulkan kalian semua sekeliling Allah Bapa,
Putra dan Roh Kudus. Conchita, adakah engkau mau menanggapi ini?” ….
“Ini adalah terakhir kalinya engkau melihatku di sini, tetapi aku akan
selalu bersama segenap anak-anakku.” Sesudah itu ia menambahkan, “Conchita,
mengapakah engkau tidak kerap menunjungi Putraku dalam Sakramen Mahakudus?
Mengapakah engkau membiarkan dirimu terbawa kemalasan dan tidak pergi
mengunjungi Dia yang menantimu siang dan malam?” …
“Oh betapa bahagianya aku apabila aku bertemu denganmu. Mengapakah engkau
tidak membawaku sekarang juga?”
Add caption |
“Ingatlah apa yang
aku katakan kepadamu pada peringatan orang kudusmu. Apabila engkau pergi
menghadap Allah engkau harus menunjukkan kepada-Nya tangan-tanganmu yang penuh
dengan perbuatan-perbuatan baik yang engkau lakukan bagi sesama dan bagi
kemuliaan Allah; sekarang tangan-tanganmu masih kosong.”
Conchita mengakhiri suratnya dengan ini: “Santa Perawan Maria mengatakan
kepadaku sebelumnya bahwa Yesus tak hendak mengirimkan penghukuman untuk
menyusahkan kita melainkan untuk membantu kita dan menegur kita sebab kita
tidak mengindahkan-Nya. Dan peringatan akan dikirimkan supaya memurnikan kita
bagi Mukjizat di mana Ia akan menunjukkan kepada kita kasih-Nya yang hebat, dan
agar kita dapat menggenapi pesan-Nya.”
Dengan ini penampakan di Garabandal berakhir. Penampakan secara pasti
akan dipertegas pada hari Kamis pukul 8.30 sore ketika Mukjizat terjadi. Ini
akan menandai dimulainya suatu era baru dalam sejarah keselamatan umat manusia.
Diperkenankan mengutip /
menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “disarikan
dan diterjemahkan dari berbagai sumber oleh YESAYA: yesaya.indocell.net”
teri maksi atas publikasi anda yang tertera diatas sangat membantu pemahaman saya
BalasHapus