Sosialisme dan Demokrasi dari beberapa fikiran para ahli
Sosialisme atau sosialis
Saya sengaja mengupulkan beberapa artikel tentang teori sosialisme dan sosialis, Demokrasi berdasarkan pendapat terkemuka max dan Lenin, Karl Marx dan Friedrich
Engels...dll untuk membuka wawasan kita tentang berfikir dan
menganalisa, maka saya harap para pembaca yang mengunjungi blog saya ini bisa
mengenankan hati pembaca dan artikel ini bisa berguna juga.
Sosialisme atau sosialis
adalah sistem sosial dan ekonomi yang ditandai dengan kepemilikan sosial dari
alat-alat produksi dan manajemen koperasi ekonomi,[1][2] serta teori politik dan gerakan yang mengarah
pada pembentukan sistem tersebut.[3][4] "Kepemilikan sosial" bisa merujuk ke
koperasi, kepemilikan umum, kepemilikan negara, kepemilikan warga ekuitas, atau
kombinasi dari semuanya.[5] Ada banyak jenis sosialisme dan tidak ada
definisi tunggal secara enskapitulasi dari mereka semua.[6] Mereka berbeda dalam jenis kepemilikan sosial
yang mereka ajukan, sejauh mana mereka bergantung pada pasar atau perencanaan,
bagaimana manajemen harus diselenggarakan dalam lembaga-lembaga yang produktif,
dan peran negara dalam membangun sosialisme.[7]
Istilah ini mulai
digunakan sejak awal abad ke-19. Dalam bahasa
Inggris, istilah ini digunakan
pertama kali untuk menyebut pengikut Robert
Owen pada tahun 1827. Di Perancis, istilah ini mengacu pada para pengikut doktrin Saint-Simon pada tahun 1832 yang dipopulerkan oleh Pierre Leroux dan J. Regnaud dalam l'Encyclopédie
Nouvelle[8]. Penggunaan istilah sosialisme sering digunakan
dalam berbagai konteks yang berbeda-beda oleh berbagai kelompok, tetapi hampir
semua sepakat bahwa istilah ini berawal dari pergolakan kaum buruh industri dan
buruh tani pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20 berdasarkan prinsip
solidaritas dan memperjuangkan masyarakat egalitarian yang dengan sistem
ekonomi menurut mereka dapat
melayani masyarakat banyak daripada hanya segelintir elite.
Gerakan politik sosialis
mencakup beragam filsafat politik. Dikotomi inti dalam gerakan sosialis
termasuk perbedaan antara reformisme dan sosialisme revolusioner dan antara
sosialisme negara dan sosialisme libertarian. Sosialisme negara menyerukan
nasionalisasi alat-alat produksi sebagai strategi untuk menerapkan sosialisme,
sementara sosialis libertarian umumnya menempatkan harapan mereka pada cara
desentralisasi demokrasi langsung seperti libertarian municipalisme, 'majelis,
serikat buruh, dan dewan pekerja[9] datang dari sikap anti-otoriter umum.[10][11][12][13][14][15][16] Sosialisme demokratis menyoroti peran sentral
proses demokrasi dan sistem politik dan biasanya kontras dengan gerakan politik
non-demokratis yang mendukung sosialisme.[17] Beberapa sosialis telah mengadopsi penyebab
gerakan sosial lainnya, seperti lingkungan, feminisme dan liberalisme.[18]
Sosial dan Teori Politik
Dalam konteks ini,
sosialisme telah digunakan untuk merujuk kepada gerakan politik, filsafat
politik dan bentuk hipotetis gerkan masyarakat yang bertujuan untuk suatu
pencapaian. Akibatnya, dalam konteks sosialisme politik, telah merujuk pada strategi
(untuk mencapai masyarakat sosialis) atau kebijakan yang dipromosikan oleh
organisasi sosialis dan partai politik sosialis; yang semuanya tidak memiliki
hubungan ke sosialisme sebagai sistem sosial ekonomi.
Demokrasi sosial dan sosialisme liberal
Demokrasi sosial adalah
ideologi politik yang "diturunkan dari tradisi sosialis dalam pemikiran
politik. Banyak demokrat sosial merujuk dirinya sebagai sosialis atau sosialis
demokratik, dan sebagian lainnya menggunakan istilah tersebut secara bergantian.
Lainnya beranggapan bahwa terdapat perbedaan yang jelas antara ketiga istilah
tersebut, dan memilih untuk mendeskripsikan kepercayaan politiknya hanya dengan
menggunakan istilah ‘demokrasi sosial’.[19] Terdapat dua varian utama, yang pertama bertujuan
untuk mendirikan sosialisme demokratik, dan varian yang kedua bertujuan untuk membangun negara kesejahteraan dalam kerangka sistem kapitalis. Varian pertama secara
resmi bertujuan untuk mendirikan sosialisme demokratik melalui metode reformis dan gradualis.[20] Dalam varian kedua, Demokrasi sosial menjadi
kebijakan pemerintah yang di antaranya adalah membangun negara kesejahteraan, skema perundingan
bersama, dukungan terhadap
pelayanan umum yang didanai publik, dan ekonomi berbasis kapitalis seperti ekonomi
campuran. Varian dalam pengertian
ini sering kali digunakan untuk merujuk model sosial dan kebijakan ekonomi yang
ada di Eropa Barat dan Utara pada paruh akhir abad ke-20.[21][22] Jerry Mander menjelaskannya sebagai ekonomi
"hibrida", sebuah kolaborasi aktif visi kapitalis dan sosialis, dan
meski sistem tersebut tidak sempurna, mereka cenderung menyediakan standar
hidup yang tinggi.[23] Banyak penelitian dan survey menyatakan bahwa
orang cenderung hidup lebih bahagia dalam masyarakat demokrasi
sosial dibandingkan dengan yang neoliberal.[24][25][26][27]
Demokrat sosial mendukung
varian pertama, menganjurkan transisi evolusioner ekonomi kapitalisme secara
damai ke sosialisme melalui reformasi sosial secara progresif.[28][29] Demokrat sosial menegaskan bahwa bentuk
konstitusional pemerintahan yang dapat diterima adalah demokrasi perwakilan di bawah aturan
hukum.[30] Sistem ini mendorong perluasan penentuan
kebijakan secara demokratis selain demokrasi politik, yaitu demokrasi
ekonomi untuk menjamin pekerja
dan pemangku kepentingan ekonomi lain atas hak kodeterminasi.[30] Sistem ini juga mendukung ekonomi
campuran yang menentang ekses
kapitalisme seperti kesenjangan, kemiskinan, dan penindasan berbagai golongan, serta menolak pasar bebas secara total atau ekonomi
terencana secara penuh.[31] Kebijakan demokrasi sosial yang umum di antaranya
termasuk dukungan terhadap hak sosial universal untuk memperoleh pelayanan
publik yang dapat diakses secara
universal, seperti pendidikan, pelayanan
kesehatan, kompensasi pekerja, dan layanan lainnya, termasuk pelayanan anak dan pelayanan untuk manula.[32] Demokrasi sosial berhubungan dengan gerakan
buruh dan mendukung hak perundingan
kolektif bagi pekerja.[33] Sebagian besar partai demokrasi sosial
berafilisasi dengan Sosialis Internasional.[20]
Sosialisme liberal adalah filasafat
politik sosialis yang memasukkan
prinsip liberal di dalamnya.[34] Sosialisme liberal tidak memiliki tujuan untuk
menggantikan kapitalisme dengan ekonomi sosialis;[35] tetapi mendukung ekonomi
campuran dan milik pribadi dalam barang modal. [36][37] Meski sosialisme liberal secara tegas memilih
ekonomi pasar campuran, sistem ini menyatakan bahwa monopoli legalistik dan
buatan adalah kesalahan kapitalisme[38] dan menentang ekonomi yang sepenuhnya tidak
diatur.[39] Sistem ini mempertimbangkan kemerdekaan dan kesetaraan agar dapat kompatibel dan bergantung satu sama
lain.[34] Prinsip yang menjelaskan "sosialis
liberal" telah didasarkan atau dikembangkan oleh filsuf berikut ini: John
Stuart Mill, Eduard
Bernstein, John
Dewey, Carlo Rosselli, Norberto Bobbio, dan Chantal Mouffe.[40] Tokoh sosialis liberal penting lainnya antara
lain Guido Calogero, Piero Gobetti, Leonard Trelawny
Hobhouse, John Maynard Keynes, dan R. H. Tawney.[39] Sosialisme liberal secara khusus terkenal di
politik Britania dan Italia.[39]
Marxisme Tulisan-tulisan Karl Marx memberikan dasar untuk pengembangan teori politik
Marxis dan ekonomi Marxis.
Karl Marx dan Friedrich
Engels berpendapat bahwa
sosialisme akan muncul dari keharusan sejarah kapitalisme yang diberikan
sendiri sudah usang dan tidak berkelanjutan akibat dari meningkatnya
kontradiksi internal yang muncul dari perkembangan kekuatan produktif dan
teknologi. Itu menjadi kemajuan dalam kekuatan produktif yang dikombinasikan
dengan hubungan sosial lama dengan produksi kapitalisme yang akan menghasilkan
kontradiksi, dan kemudian mengarah ke kesadaran kelas pekerja.[41]
Marx dan Engels
berpandangan bahwa kesadaran orang-orang yang memperoleh upah atau gaji (kelas
pekerja dalam arti Marxis luas) akan dibentuk oleh kondisi mereka yang menjadi
budakan upah, yang mengarah ke kecenderungan untuk mencari kebebasan atau
emansipasi mereka dengan menggulingkan kepemilikan alat-alat produksi oleh
kapitalis, dan akibatnya, menggulingkan negara yang menjunjung tinggi tata
ekonomi kapitalis ini. Bagi Marx dan Engels, kondisi ini menentukan kesadaran
dan mengakhiri peran kelas kapitalis yang pada akhirnya mengarah ke masyarakat
tanpa kelas di mana negara akan melenyap.
Konsepsi sosialisme Marxis
adalah bahwa fase sejarah tertentu yang akan menggantikan kapitalisme dan
didahului dengan komunisme. Karakteristik utama dari sosialisme (terutama yang
dipahami oleh Marx dan Engels setelah Komune Paris 1871) adalah bahwa kaum
proletar akan mengontrol alat-alat produksi melalui negara buruh yang didirikan
oleh para pekerja di kepentingan mereka. Kegiatan ekonomi masih akan diatur
melalui penggunaan sistem insentif dan kelas sosial masih akan ada, tetapi
untuk tingkat yang lebih rendah dan berkurang di bawah kapitalisme.
Bagi kaum Marxis ortodoks,
sosialisme adalah tahap yang lebih rendah dari komunisme berdasarkan prinsip
"dari masing-masing sesuai dengan kemampuannya, untuk setiap orang sesuai
kontribusinya" sementara komunisme tahap atas didasarkan pada prinsip
"dari masing-masing sesuai dengan kemampuannya, untuk setiap orang sesuai
kebutuhannya.";[42][43] tahap atas menjadi mungkin hanya setelah tahap
sosialis mengembangkan lebih lanjut efisiensi ekonomi dan otomatisasi produksi
menyebabkan berlimpah-limpahnya barang dan jasa.
Marx berpendapat bahwa
kekuatan produktif material (dalam industri dan perdagangan) dibawa ke dalam
kehidupan oleh kapitalisme yang didasarkan pada masyarakat koperasi karena
produksi telah mencakup massa sosial, sedangkan kegiatan kolektif kelas pekerja
bertujuan untuk membuat komoditas, tetapi dengan kepemilikan pribadi (hubungan
produksi atau hubungan barang). Konflik antara upaya kolektif di kalangan
pabrik-pabrik besar dan kepemilikan pribadi akan membawa keinginan kesadaran
dalam kelas pekerja untuk membangun kepemilikan kolektif sepadan dengan upaya
kolektif pengalaman sehari-hari mereka.[44]
Che
Guevara dan Mao
Zedong mencari sosialisme
berdasarkan para tani pedesaan daripada kelas pekerja perkotaan. Che Guevara
berusaha untuk menginspirasi para petani Bolivia dengan contoh dirinya sendiri
yang merujuk pada perubahan kesadaran. Guevara mengatakan pada tahun 1965:
Sosialisme tidak bisa ada tanpa perubahan
kesadaran yang mengakibatkan sikap persaudaraan baru terhadap kemanusiaan, baik
di tingkat individu, dalam masyarakat di mana sosialisme sedang dibangun atau
telah dibangun, dan dalam skala dunia, berkaitan dengan semua orang yang
menderita akibat penindasan imperialis.[45]
Sosialisme sebagai ideologi
Secara ringkas, Sosialisme
adalah rasa perhatian, simpati dan empati antar individu kepada individu
lainnya tanpa memandang status. Menurut salah satu penganut cabang Ideologi ini, Marxisme, terutama Friedrich
Engels, model dan gagasan
sosialis dapat dirunut hingga ke awal sejarah manusia dari sifat dasar manusia
sebagai makhluk sosial. Pada masa pencerahan abad ke-18, para pemikir dan
penulis revolusioner seperti Marquis de Condorcet, Voltaire, Rousseau, Diderot, Abbé de Mably, dan Morelly, mengekspresikan
ketidakpuasan mereka atas berbagai lapisan masyarakat di Perancis.
Ekonomi
Sistem ekonomi sosialisme
sebenarnya cukup sederhana. Semua aspek ekonomi dianggap sebagai milik bersama,
tetapi bukan berarti harus dimiliki secara sepanuhnya secara bersama, semua
aspek ekonomi boleh dimiliki secara pribadi masing-masing, dengan syarat boleh
digunakan secara Sosialis, mirip dengan gotong-royong sebenarnya.
Cabang aliran sosialisme
Sejak abad ke-19,
sosialisme telah berkembang ke banyak aliran yang berbeda, yaitu:
Gerakan sosio-politik
maupun intelektual dalam Marxis-Sosialis dapat dikelompokkan lagi menjadi:
Kritik dan debat
Sejumlah pakar ekonomi dan
sejarah telah mengemukakan beberapa masalah yang berkaitan dengan teori
sosialisme. Diantaranya antara lain Milton
Friedman, Ayn Rand, Ludwig
von Mises, Friedrich
Hayek, dan Joshua Muravchik.
Kritik dan keberatan
tentang sosialisme dapat dikelompokkan menjadi:
- Insentif
- Harga
- Keuntungan dan kerugian
- Hak milik pribadi
Sistem Ekonomi Sosialis
mempunyai kelemahan sebagai berikut :
1) Sulit melakukan
transaksi Tawar-menawar sangat sukar dilakukan oleh individu yang terpaksa
mengorbankan kebebasan pribadinya dan hak terhadap harta milik pribadi hanya
untuk mendapatkan makanan sebanyak dua kali. Jual beli sangat terbatas,
demikian pula masalah harga juga ditentukan oleh pemerintah, oleh karena itu
stabilitas perekonomian Negara sosialis lebih disebabkan tingkat harga
ditentukan oleh Negara, bukan ditentukan oleh mekanisme pasar.
2) Membatasi kebebasan
System tersebut menolak sepenuhnya sifat mementingkan diri sendiri, kewibawaan
individu yang menghambatnyadalam memperoleh kebebasan berfikir serta bertindak,
ini menunjukkan secara tidak langsung system ini terikat kepada system ekonomi
dictator. Buruh dijadikan budak masyarakat yang memaksanya bekerja seperti
mesin.
3) Mengabaikan pendidikan
moral Dalam system ini semua kegiatan diambil alih untuk mencapai tujuan
ekonomi, sementara pendidikan moral individu diabaikan. Dengan demikian,
apabila pencapaian kepuasan kebendaan menjadi tujuan utama dan nlai-nilai moral
tidak diperhatikan lagi
Adapun kebaikan-kebaikan
dari Sistem Ekonomi Sosialis adalah :
1) Disediakannya kebutuhan
pokok Setiap warga Negara disediakan kebutuhan pokoknya, termasuk makanan dan
minuman, pakaian, rumah, kemudahan fasilitas kesehatan, serta tempat dan
lain-lain. Setiap individu mendapatkan pekerjaan dan orang yang lemah serta
orang yang cacat fisik dan mental berada dalam pengawasan Negara.
2) Didasarkan perencanaan
Negara Semua pekerjaan dilaksanakan berdasarkan perencanaan Negara Yang
sempurna, di antara produksi dengan penggunaannya. Dengan demikian masalah
kelebihan dan kekurangan dalam produksi seperti yang berlaku dalam System
Ekonomi Kapitalis tidak akan terjadi.
3) Produksi dikelola oleh
Negara Semua bentuk produksi dimiliki dan dikelola oleh Negara, sedangkan
keuntungan yang diperoleh akan digunakan untuk kepentingan-kepentingan Negara.
TEORI SOSIALIS KOMONIS DIBAWAH ALIRAN MARXISME, LENINISME,
REVISIONISME, ALIRAN KIRI BARU DAN UNSUR - UNSUR SOSIALISME
Sosialis-utopis berawal dari harapan para tokoh sosialis akan adanya sebuah pulau/Negara, yang semua milik merupakan milik bersama, semua orang tiggal di tempat yang sama dimana makanan serta kebutuhan lainnya disediakan secara bersama-sama. Orang tidak perlu bekerja mati-matian, melainkan cukup sekedar memenuhi kebutuhan primer. Uang di anggap tidak perlu,pakaian seragam serta pemeritah dijalankan secara demokratis.
Sosialisme adalah pandangan hidup dan ajaran kamasyarakatan tertentu, yang berhasrat menguasai sarana-sarana produksi serta pembagian hasil-hasil produksi secara merata. Sosialisme sebagai ideology politik adalah suatu keyakinan dan kepercayaan yang dianggap benar oleh para pengikutnya mengenai tatanan politik yang mencita-citakan terwujutnya kesejahteraan masyarakat secara merata melalui jalan evolusi, persuasi , konstitusional –parlementer , dan tanpa kekerasan.
Sosialisme sebagai ideology politik timbul dari keadaan yang kritis di bidang sosial, ekonomi dan politik akibat revousi industri . Adanya kemiskinan , kemelaratan ,kebodohan kaum buruh , maka sosialisme berjuang untuk mewujudkan kesejahteraan secara merata.
Dalam perkembangan sosialisme terdiri dari pelbagai macam bentuk seperti sosialisme utopia , sosialisme ilmiah yang kemudian akan melahirkan pelbagai aliran sesuai dengan nama pendirinya atau kelompok masyarakat pengikutnya seperti Marxisme-Leninisme , Febianisme ,dan Sosial Demokratis.
Sosialisme dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada masyarakat –bangsa yang memiliki tradisi demokrasi yang kuat. Unsur-unsur pemikiran yang ada dalam gerakan sosialis sebagimana tergambar di Inggris mencakup : (a) agama ; (b) idealisme e tis dan estetis ; (c) empiris Fabian ; dan (d) liberalism .
Sosialisme yang ada disetiap negara memiliki ciri khas sesuai dengan kondisi sejarahnya . Dalam sosialisme tidak ada garis sentralitas dan tidak bersifat internasional. Sosialisme di negara-negara berkembang mengandung banyak arti . Sosialisme berarti cita-cita keadilan sosial ; persaudaraan ; kemanusiaan dan perdamaian dunia yang berlandaskan hukum ; dan komitmen pada perencanaan.
Di negara-negara Barat (lebih makmur) sosialisme diartikan sebagai cara mendistribusikan kekayaan masyarakat secara lebih merata sedangkan di Negara berkembang sosialisme diartikan sebagai cara mengindustrialisasikan Negara yang belum maju atau membangun suatu perekonomian industri dengan maksud manaikkan tingkat ekonomi dan pendidikan masyarakat.
Sosialisme sebagai idiologi politik yang merupakan keyakinan dan kepercayaan yang dianggap benar mengenai tatanan politik yang mencita-citakan terwujudnya kesejahteraan masyarakat secara merata melalui jalan evolusi, persuasi, konstitusional-parlementer dan tanpa kekerasan. Sosialisme sebagai ideologi politik timbul dari keadaan yang kritis di bidang sosial, ekonomi dan politik akibat revousi industri . Adanya kemiskinan , kemelaratan ,kebodohan kaum buruh , maka sosialisme berjuang untuk mewujudkan kesejahteraan secara merata.
Dalam perkembangan sosialisme terdiri dari
pelbagai macam bentuk seperti sosialisme utopia, sosialisme ilmiah yang
kemudian akan melahirkan pelbagai aliran sesuai dengan nama pendirinya atau
kelompok masyarakat pengikutnya seperti Marxisme-Leninisme, Febianisme , dan
Sosial Demokratis. Sosialisme dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada
masyarakat –bangsa yang memiliki tradisi demokrasi yang kuat.
Sosialisme, seperti gerakan-gerakan dan gagasan liberal lainnya, hal ini mungkin karena kaum liberal tidak dapat menyepakati seperangkat keyakinan dan doktrin tertentu. Apalagi sosialisme telah berkembang di berbagai Negara dengan tradisi nasionalnya sendiri dan tidak pernah ada otoritas pusat yang menentukan garis kebijakan partai sosialis yang bersifat mengikat, namun garis-garis besar pemikiran dan kebijakan sosialis dapat disimak dari tulisan-tulisan ahli sosialis dan kebijakan partai sosialis. Apa yang muncul dari pemikiran dan kebijakan itu bukanlah merupakan sesuatu konsisten. Kekuatan dan kelemahan utama sosialisme terletak dalam kenyataan bahwa system itu tidak memiliki doktrin yang pasti dan berkembang karena sumber-sumber yang saling bertentangan dalam masyarakat yang merupakan wadah perkembangan sosialisme.
Unsur-unsur pemikiran dan politik sosialisme yang rumit dan saling bertentangan dengan jelas tergambar dalam gerakan sosialis Inggris. Unsur-unsur yang ada dalam gerakan sosialis Inggris adalah:
(1). Agama,
(2) Idealisme Etis dan Estetis,
(3) Empirisme Fabian,
(4) Liberalisme
(TeiryaWillian Ebenstein,1985:188).
1. Agama
Dalam buku The Labour Party in Perspective Attles dikemukakan bahwa… dalam pembentukan gerakan sosialis pengaruh agama merupakan yang paling kuat. Inggris pada abad 19 masih merupakan bangsa yang terdiri para pembaca kitab suci. Didalamnya ia akan menemukan bacaan yang mendorongnya untuk tampil sebagai pengkotbah doktrin keagamaan di negera ini dan adanya berbagai ajaran yang dianutnya membuktikan hal ini.
Gerakan sosialis Kristen yang dipimpin oleh dua orang biarawan yaitu frederich Maurice dan Charles Kingsley mencapai puncak kejayaannya pada pertengahan abad 19 dan menjadi sumber penting untuk perkembangan organisasi kelas buruh dan sosialis kemudian. Prinsip yang menjadi pedoman bagi kaum sosialis Kristen adalah konsep yang mendasarkan bahwa sosialisme harus dikrestenkan dan kristianitas harus disosialisasikan.
Pada tahun 1942, Uskup Agung Centerbury, William Temple dalam bukunya Christianity and Sosial Order mengemukakan pemikiran yang sangat dekat dengan sosialisme. Temple beranggapan bahwa setiap setiap system ekonomi untuk sementara atau selamanya memerlukan memberikan pengaruh edukatif yang sangat besar dan karena itu gereja ikut mempersoalkannya. Apakah pengaruh itu mengarah pada perkembangan sifat kekristenan dan jika jawabannya sebagian atau seluruhnya negatif, gereja harus berusaha sedapat mungkin menjamin perubahan dalam system ekonomi tersebut sehingga gereja tidak menemukan musuh akan tetapi sekutu dalam Kristen itu.
Adanya perhatian agama Kristen yang bersifat praktis ini sangat kuat terasa selama pengaruh terakhir abad 19. Kesungguhan moral dan kejujuran merupakan ciri masa ini. Agama mengakui kesopanan dan kepercayaan merupakan syarat penting untuk memperoleh keselamatan. Akan tetapi tetap menekankan pentingnya perbuatan dan penyelamatan dengan kerja. Banyak pemimpin sosialis dari generasi yang lebih tua seperti Attlee dan Sir Staffors Cripps dididik dalam suasana dimana agama mempunyai pengaruh yang kuat.
2. Idealisme Etis dan Estetis
Idealisme etis dan estetis juga menjadi sumber bagi sosialisme Inggris, meskipun pengaruhnya tidak dapat diukur dalam wujud jumlah suara dan kartu keanggotaan. Idialisme yang diungkapkan oleh beberapa penulis seperti John Ruskin dan William Morris bukanlah suatu program politik atau ekonomi, tetapi merupakan pemberontakan kehidupan yang kotor, membosankan dan miskin di bawah kapitalisme industri. Berkembangnya kapitalisme di Inggris mungkin menciptakan lebih banyak keburukan disbanding dengan tempat lain, karena para industriawan Inggris tidak dapat membayangkan nantinya kapitalisme akan merubah udara dan air yang jernih dan keindahan wilayah pedalaman Inggris. Mereka juga tidak memperhitungkan sebelumnya pengrusakan pemandangan kota dan desa tua oleh adanya pemukiman dan pusat pabrik.
Marx melakukan pendekatan terhadap kapitalisme industri dalam kerangka hukum kosmis seperti perkembangan sejarah dunia menurut hukum-hukum sosial yang tidak dapat dielakkan, filsafat materialisme, maka Morris lebih bertumpu pada kenyataan. Di sekitarnya ia melihat barang dan perlengkapan rumah tangga yang jelek serta kehidupan manusia yang menampakkan keceriaan dan keindahan dalam kehidupannya. Pusat perhatian Morris adalah manusia bukan system. Ia merasakan bahwa seni harus dikembalikan dalam kehidupan sehari-hari dan dorongan yang kreatif pada setiap orang harus diberi jalan penyalurannya dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari.
Pengaruh Ruskin dan Morris lebih banyak mengandung segi negatif dibanding positifnya. Mereka menunjukkan apa yang secara fisik dan moral salah menyangkut peradaban yang dibangun di atas perselisihan dan kemelaratan, tetapi tidak merumuskan program tertentu untuk memperbaiki kondisi yang dikritiknya. Meskipun demikian pemberontakan estetika dan etika ini membawa pengaruh yang penting dalam mempersiapkan suatu lingkungan intelektual dimana nantinya sosialisme mendapatkan tanggapan yang simpatik.
3. Empirisme Febian.
Empirisme Febian mungkin merupakan ciri khas gerakan Inggris. Masyarakat Febian didirikan pada tahun 1884, mengambil nama seorang jenderal Romawi yaitu Quintus Febians Maximus Constator, Si “pengulur waktu”atau “Penunda”. Motto awal dari masyarakat tersebut ialah “engkau harus menunggu saat yang tepat, kalau saat yang tepat itu tiba engkau harus melakukan serangan yang dasyat, sebab jika tidak, penundaan yang engkau lakukan itu sia-sia dan tidak akan membawa hasil“.
Para pendiri dan anggota pertama masyarakat Febian adalah George Bernard Shaw, Sidney dan Beatrice Webb,H.G.Wells dan Grahan Wallas. Dalam penelitian sejarah tentang landasan yang dilakukan oleh Sidney Webb, seperti dalam buku Febian Esseye (1889), dapat ditemukan apa yang menjadi filsafat dasar sosialisme. Webb menganggap sosialisme sebagai hasil yang tidak dapat dielakkan dari terlaksananya demokrasi secara penuh, tetapi ia menandaskan “ kepastian yang datang secara bertahap” sangat berbeda dengan kepastian revolusi seperti yang dicanangkan oleh Marx.
Webb menekankan bahwa organisasi sosial hanya dapat terbentuk secara perlahan dan perubahan-perubahan organisasi . Perubahan tersebut akan terjadi dengan adanya empat kondisi: pertama perubahan itu harus bersifat demokratis , kedua perubahan itu harus secara bertahap, ketiga perubahan itu harus sesuai dengan moral masyarakat, keempat perubahan tersebut harus melalui prosedur dan menggunakan cara damai.
Kelompok Fabian memusatkan perhatiannya untuk meyakinkan sekelompok kecil orang yang memenuhi dua kualifikasi : pertama orang-orang tersebut secara permanent mempunyai pengaruh dalam kehidupan masyarakat, sehingga kalau proses perembesan yang dibutuhkan waktu lama itu berhasil, maka dapat dipetik manfaatnya, kedua mereka harus bersikap dan bertindak wajar sehinga kelompok Fabian tidak dianggap sebagai kaum ekstrimis. Orang-orang dengan kualifikasi seperti itu dapat dijumpai dalam semua partai politik. Untuk itu kelompok Fabian tidak hanya menggarap kaum konservatif saja, tetapi juga kaum liberal.
Fabianisme sering digambarkan sebagai pembaharuan tanpa kebencian, pembangunan kembali masyarakat perang kelas, emperialisme politik tanpa dogma atau fanatisme. Meskipun organisasinya kecil, namun masyarakat Febian membawa pengaruh yang besar. Dalam pemilihan tahun 1945 menampilkan untuk pertama kalinya pemerintahan Partai Buruh didasarkan pada mayoritas dalam parlemen 229 dari 394 anggota parlemen dari Partai Buruh berasal dari kelompok Febian dan lebih dari separuh pejabat pemerintah, termasuk Attlee (Perdana Menteri 1945-1951) juga orang-orang Febian.
4. Liberalisme
Liberalisme telah menjadi sumber yang semakin penting bagi sosialisme, terutama sejak Partai Liberal merosot peranannya di banyak Negara. Di Inggris sebenarnya Partai Liberal sudah lenyap dan Partai Buruh yang menjadi pewarisnya. Dalam 40 tahun terakhir semakin banyak orang liberal yang menggabungkan diri dengan Partai Buruh. Apa alasannya ?. Pertama, lenyapnya Partai Liberal Inggris bukanlah disebabkan kegagalannya ,tetapi hasil yang telah dicapai membuat kehadiran partai ini tidak diperlukan lagi. Saat ini baik Partai Konservatif maupun Partai Buruh mempunyai komitmen yang kuat terhadap prinsip liberal yang menghormati kebebasan individu untuk beribadah, berpikir, berbicara dan berkumpul. Kedua perdagangan bebas yang merupakan cita-cita yang penting dari liberalisme Inggris abad 19 tidak muncul lagi sebagai kepentingan politik yang menggebu-gebu. Baik golongan konservatif maupun golongan Buruh mempunyai komitmen pada bentuk proteksi tarif tertentu. Orang-orang liberal sendiri juga sudah menyadari perdagangan bebas tidak penting lagi seperti dulu.
Karena masalah-masalah yang khusus sudah tidak ada lagi, banyak orang liberal yang bergabung dengan Partai Buruh atau memberikan suaranya untuk Partai Buruh atau menganggap dirinya sebagai orang sosialis murni.Liberalisme biasanya menjadi aliran kiri kaum konservatif. Di Negara yang mempunyai system dua partai seperti Inggris, kalau orang akan bergeser dari konservatif. Maka Partai Buruh merupakan tumpuan untuk memperjuangkan kepentingan politiknya.
Liberalisme telah memberikan sumbangan yang cukup besar hal-hal yang berguna bagi sosialisme Inggris. Karena pengaruh Liberalisme para pemimpin sosialis lebih moderat dan kurang terpaku pada doktrin serta lebih menghargai kebebasan individu. Liberalisme telah merubah Partai Buruh menjadi sebuah partai nasional, bukan lagi partai yang didasarkan pada kelas. Liberalisme juga telah mewariskan kepada Partai Buruh peran kaum liberal bahwa pembaharuan dapat dilakukan dengan tidak usah menimbulkan kepahitan dan kebencian.
MASA MARX
Pola pemikiran komunis Marx bermula dari rasa benci terhadap sistem perekonomian liberal yang digagas oleh adam smith. Dari segi moral Marx melihat bahwa sistem kapitalis mewarisi sistem ketidak adilan dari dalam. Hal ini menimbulkan kepincangan dan kesenjangan social, sistem kapitalis menerapkan sistem upah besi sehingga kaum buruh tidak akan pernah mampu mengangkat derajatnya lebih tinggi karena sudah dirancang untuk menciptakan keadaan perekonomian seperti itu.
Dari segi sosiologi Marx melihat ada sumber konflik antar kelas para kaum capital yang menguasai perekonomian secara penuh, sedangkan kaum buruh atau kelas proletar hanya menjadi kelas rendahan dan tidak memiliki kebebasan untuk berusaha sendiri.alasn lain kenapa sistem ekonomi capital harus diganti adalah karena sistem liberal menciptakan masyarakat berkelas-kelas sehingga tercipta sebuah jurang pemisah yang sangat dalam yang menyebabkan kaum buruh semakin papa. Oleh karenanya Marx menilai perlu adanya jalan keluar yakni degan memperjuangkan sistem ekonomi sosialis/komunis.
Dari segi ekonomi Marx melihat bahwa akumulasi
kapital ditengah kaum kapitalis menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang sangat
tinggi, akan tetapi tidak disertai dengan pertumbuhan HDI (Human Development
Index) yang cukup signifikan. Hal ini menyebabkan kepincangan bagi
kesejahteraan masyarakat. Karena hanya kaum aristocrat saja yang bisa merasakan
nikmatnya belajar dan berusaha secara bebas. Akan tetapi kaum buruh hanya
menjadi objek eksploitasi semata demi memenuhi keserakahan para kapitalis.
TEORI-TEORI MARX
A. Teori Pertentangan Kelas
Dalam buku manifesto komunis dijelaskan
bagaimana teori Marx tentang pertentangan kelas. Menurut Marx masyarakat yang
ada dari dulu hingga sekarang adalah masyarakat pertentangan kelas. Di zaman
kuno ada kaum bangsawan dan budak, di zaman pertengahan ada tuan tanah dan
hamba sahaya bahkan di zaman modern ini juga ada majikan dan buruh. yang semua
itu menurut Marx timbul sebagai hasil dari kehidupan ekonomi masyarakat.
B. Teori Surplus Value
Menurut teori klasik nilai suatu barang harus sama dengan biaya untuk menghasilkan barang terebut, yang di dalamnya sudah termasuk ongkos tenaga kerja(upah). Kebanyakan upah yang diterima para buruh hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok. Bila nilai dari hasil kerja para buruh jauh lebih besar dari upah yang mereka terima, maka kelebihan nilai produktifitas kerja ini yang dimaksud Marx sebagai nilai lebih (surplus value). Maka semakin sedikit upah yang diberikan majikan maka semakin besar keuntungan yang dia terima.
C. Teori Dialektika Materialism
Hampir di setiap argument yang dinyatakan Marx selalu menekankan tentang konflik dan pertentangan. Proses pembangunan melalui konflik merupakan proses dialektik. Bagi Marx dialektika sejarah merupakan suatu keniscayaan, sesuatu yang bakal terjadi. Jika kaum proletar sudah tidak tahan lagi, mereka akan melancarkan revolusi. Agar revolusi berjalan lancar, Marx menyarankan agar kaum komunis mendukung setiap gerakan melawan tatanan social politik sistem kapitalis.
Teori Marx tentang kejatuhan kapitalisme yang akan digantikan dengan sosialisme/komunisme didasarkan pada dialektika materialism, konsep ini dipelajari oleh Marx dan filisuf jerman Jhon George Wilhelm Hegel. Dalam dialektika ada tesis, antithesis dan sintesis yang saling mengait satu sama lain. Marx percaya sejarah manusia ditentukan oleh kebutuhan ekonomi yang paling dasar, yakni kebutuhan akan materi, dengan demikian dia menyimpulkan seluruh tindakan manusia didorong oleh motif ekonomi yaitu pemuasan materi.
Selain teori-teori di atas, Marx juga menyatakan bahwa semua kelompok masyarakat akan mengalami fase-fase berikut:
• Komunisme primitive(suku)
•
Perbudakan
•
Feodalisme(tuan tanah)
•
Kapitalisme
•
Sosialisme dan
•
Komunisme.
Marx juga memberikan gambaran tentang beberapa program yang harus dilaksanakan setelah revolusi berhasil, antara lain:
• Penghapusan hak milik atas tanah dan menerapkan sistem sewa untuk tujuan-tujuan umum.
•
Program pajak pendapatan progresif atau gradual.
•
Penghapusan bentuk hak pewarisan.
•
Pemusatan kredit di tangan pemerintah.
•
Pemusatan alat komunikasi dan transportasi di tangan pemerintah.
•
Pengembangan pabrik-pabrik dan alat produksi milik negara.
Setelah marx tiada, para pengikut dan pendukung marx meneruskan perjuangan marx untuk mendirikan Negara sosialis/komunis. Diantara penerusnya itu yang paling berpengaruh ada tiga aliran utama,yaitu:
1. Leninisme
Pada kuarter pertama abad 20 pemikiran-pemikiran Marx dan Engels dimodifikasi oleh Vladimir Ilich Lenin(1870-1924). Kalau marx meramal bahwa revolusi sosialisme akan muncul di Negara kapitalis paling maju, Lenin justru sebaliknya dengan kebalikan teori di atas ia mempunyai cukup alasan untuk melakukan revolusi di rusia (Bolshevik 1917).
Teori yang di kedepankan lenin adalah tentang pembangunan yang tidak imbang serta kapitalisme monopoli dan imperialism. Beberapa karakteristik kapitalisme monopoli adalah:
• Konsentrasi produksi oleh industry yang semakin sedikit jumlahnya.
• Merger financial dan capital industry, ketika
lembaga keuangan mengusai control atas alokasi
sumber- sumber modal.
• Ekspor capital (bukan komoditas) sebagai
bentuk utama pertukaran internasional.
2. Revisionisme
Pada awal tahun 20-an hingga tahun 80-an marxisme dan leninisme dijadikan sebagai dogma di rusia. Di belahan eropa lain muncul pula pemikiran alternative lain dari kaum revisionis. Pemikiran sosialis pasca marx berfokus pada dua tema, tema pertama ialah tentang kemungkinan alokasi sumber daya yang efisien dalam perekonomian sosialis pasar. Tema kedua ialah kemungkinan perubahan kapitalisme menjadi sosialisme tanpa melalui revolusi radikal. Pakar sosialis yang setuju dengan tema kedua disebut sebagai aliran revisionism.
Tujuan utama kaum ini adalah untuk merevisi
kembali pemikiran marx dan Engels yang meramal bahwa kapitalisme akan jatuh
oleh revolusi kaum proletar. Mereka tidak setuju dengan cara tersebut, mereka
setuju kapitalisme digantikan dengan sosialisme dengan menegaan demokrasi dan
ikut terlibat dalam pergerakan serikat buruh. Tokoh revisionis diantaranya,
Bernstein, Kautsky dan Luxemburg.
3. Aliran Kiri Baru
Secara sederhan aliran kiri baru dapat diartikan sebagai kombinasi dari marxisme-leninisme ortodoks dengan pemikiran radikal baru. Ciri utama dari aliran ini adalah setuju dengan pemikiran bahwa system kapitalis tidak harmonis, akan tetapi tidak perlu adanya usaha untuk menjatuhkan system kapitalis karena lambat laun akan tergeser dengan sendirinya. Aliran ini juga mengecam terhadap system kapitalisme kontemporer.
Pengertian sosialisme, Liberalisme,
marxisme-komunisme, fasisme dan fundamentalisme
1. Sosialisme
Merupakan ideologi yang berpandangan adanya persamaan dan kesamaan dalam menjalani hidup. Dalam sosialisme persamaan merupakan konsekuensi logis dari keprihatinan terhadap suatu kemiskinan. Negara yang memiliki paham ini contohnya adalah Republik rakyat china ( RRC ).
2. Liberalisme
Adalah ideologi yang berpaham kebebasan yaitu adanya pengakuan hak-hak individual yang harus dilindungi dari campur tangan dan badan-badan yang lain. Manusia dipandang sebagai makhluk yang bebas dan rasional. Pemerintah harus didasarkan pada persetujuan rakyat. Contoh negara yang memegang paham ini adalah Amerika serikat ( U.S.A ).
3. Marxisme – komunisme
Salah satu jenis sosialisme yang mengajarkan tentang teori pertentangan kelas. Dalam konsep marxisme, negara hendaknya dipimpin dan lebih mengutamakan kelas pekerja ( buruh ) atau diktator ploretariat. Marxisme berawal dari konsep-konsep politik ekonomi dan sosial Karl marx dan selanjutnya diteruskan oleh lenin, stalin, dan mao tze tung ( dibaca : mao zedong ) menjadi paham komunisme. Menurut ajaran ini, suatu tujuan dapat dicapai dengan cara menghalalkan segala cara. Komunisme cendrung meniadakan artu "Tuhan" karena ini menindas kebebasan dalam beragama dan kebebasan individual. Menurut budiarjo ( 1980 ) nilai-nilai yang terkandung dalam komunisme adalah :
a. Monoisme : Prinsip yang menolak
golongan-golongan ( strata ) dalam suatu masyarakat.
b. Kekerasan dianggap cara yang sah untuk mencapai
suatu tujuan ( menghalalkan segala cara).
c. Semua alat negara ( polisi, tentara, birokrasi, media masa, intelektual, dan perundang-undangan ) digunakan untuk mewujudkan tujuan komunisme.
4. Fasisme ( pelopor : Adolf hitler asal germain )
Suatu bentuk kediktatoran yang dapat dipersamakan dengan otoritarian, didalamnya terdapat unsur-unsur kekerasan dan hal-hal lain yang bersifat mengerikan ( pembantaian, diskriminasi ras, ekspansasi kenegara lain dan penghilangan hak asasi manusia ). Terutama dalam pengabaian hak asasi warga negara-negara. Fasisme menitik beratkan pada pola khusus aksi dan sangat tergantung pada pimpinan yang karismatik.
5. Fundamentalisme
Merupakan salah satu ideologi untuk mendapatkan agama tertentu sebagai suatu sistem politik dalam negara. ( Contohnya afganistan pada masa pemerintahan taliban dan iras sekarang setelah revolusi islam iran, negara ini menerapkan hukum islam secara kepada warga negaranya )
TEORI
SOSIALISME
Pembagian masyarakat
- Masyarakat Purba
Mendasarkan ideologinya pada system pembagian
tanah yang mana ketua suku
yang menentukan pembagian tersebut
Kepala suku
Anggota
- Masyarakat Feodal
- Masyarakat Feodal
Mendasarkan ideologinya pada system kepemilikan tanah, ada pemilik tanah yang mempekerjakan para penggarap tanah, dimana pemilik tanah terjaling hubungan dengan pihak agamawan yang memberikan fatwa akan dasar system tersebut. Pemilik tanah dan Penggarap Galileo lahir mencoba melawan fatwa-fatwa kaum gerejawan bahwa system tersebut tidak baik untuk diterapkan pada abad 18 terjadi ledakan “Revolusi Industri” disinilah kaum Feodal tergusur dan kemudian lahir Renaissance yang ditandai dengan lahirnya kapitalisme.
Ada 4 faktor pendorong dalam kapitalisme
a. Capital/modal
b. Tenaga kerja
c. Sumber Daya Alam
d. Mesin
Kemudian didukung oleh penemuan mesin uap oleh James Watt.
Dalam kerja kapitalisme mengakibatkan
terjadinya beberapa geseken:
- Perselisihan para pemilik modal untuk produksi
- Terjadinya dehumanisasi terhadap tenaga kerja
- Terjadinya denaturalisasi terhadap Alam
- Desakralisasi
Ada empat kelompok social yang mengkritik kapitalisme.
- Sosialisme utopis (Robert Owen, Sain simon)
Argumentasi ; untuk memperbaiki tatanan dunia tidak perlu ada pembagian kelas
- Borjuasi kecil / Kapitalisme Lokal
Argumentasi; barang siapa yang bermodal, tidak
boleh sewenang-wenang bertindak, berikan luang untuk pemodal kecil untuk
berkembang, sehingga borjuasi kecil menjaling hubungan dengan capital global
untuk mengembangkan modalnya.
- Kaum Feodal dengan jargon sosialisme
Argumentasi; mengembalikan persoalan pada alam,
setiap orang bebas menggarap lahan masing-masing dengan adil.
- Sosialis Ilmiah (Karl Marx)
Mulai membahas tentang filsafat manusia,
ontology, filsafat gerak, epistemology dan Ideology.
Menurut Marx bahwa pergerakan manusia hanya
berada pada lingkarang yang terus berulang, dari kapitalisme ke sosialisme-
materialism dan seterusnya.
Perbedaan antara kapitalisme dan sosialisme
- Kapitalisme
a. Ada pemerintah, tetapi hanya mengontrol
jalannya proses kerja
b. Borjuis – ploretariat
c. Ada kepemilikan pribadi.
- Sosialisme
a. Tidak ada pemerintah
b. Sama rata
c. Tanpa kepemilikan pribadi.
Kutipan
SOSIALISME SEBAGAI IDEOLOGI POLITIK
Oleh Drs. Sri Agus, M.Pd.
PENDAHULUAN
Sosialisme (sosialism) secara etimologi berasal dari bahasa Perancis sosial yang berarti kemasyarakatan. Istilah sosialisme pertama kali muncul di Perancis sekitar 1830. Umumnya sebutan itu dikenakan bagi aliran yang masing-masing hendak mewujutkan masyarakat yang berdasarkan hak milik bersama terhadap alat-alat produksi, dengan maksud agar produksi tidak lagi diselenggarakan oleh orang-orang atau lembaga perorangan atau swasta yang hanya memperoleh laba tetapi semata-mata untuk melayani kebutuhan masyarakat. Dalam arti tersebut ada empat macam aliran yang dinamakan sosialisme: (1) sosial demokrat, (2) komunisme,(3) anarkhisme, dan (4) sinkalisme (Ali Mudhofir, 1988). Sosialisme ini muncul kira-kira pada awal abad 19, tetapi gerakan ini belum berarti dalam lapangan politik. Baru sejak pertengahan abad 19 yaitu sejak terbit bukunya Marx, Manifes Komunis (1848), sosialisme itu (seakan-akan) sebagai faktor yang sangat menentukan jalannya sejarah umat manusia.
Sosialisme (sosialism) secara etimologi berasal dari bahasa Perancis sosial yang berarti kemasyarakatan. Istilah sosialisme pertama kali muncul di Perancis sekitar 1830. Umumnya sebutan itu dikenakan bagi aliran yang masing-masing hendak mewujutkan masyarakat yang berdasarkan hak milik bersama terhadap alat-alat produksi, dengan maksud agar produksi tidak lagi diselenggarakan oleh orang-orang atau lembaga perorangan atau swasta yang hanya memperoleh laba tetapi semata-mata untuk melayani kebutuhan masyarakat. Dalam arti tersebut ada empat macam aliran yang dinamakan sosialisme: (1) sosial demokrat, (2) komunisme,(3) anarkhisme, dan (4) sinkalisme (Ali Mudhofir, 1988). Sosialisme ini muncul kira-kira pada awal abad 19, tetapi gerakan ini belum berarti dalam lapangan politik. Baru sejak pertengahan abad 19 yaitu sejak terbit bukunya Marx, Manifes Komunis (1848), sosialisme itu (seakan-akan) sebagai faktor yang sangat menentukan jalannya sejarah umat manusia.
Bentuk lain adalah sosialisme Fabian yaitu
suatu bentuk dari teori sosialisme yang menghendaki suatu transisi
konstitusional dan pengalihan bertahap pemilikan dan sarana produksi kepada
Negara. Tidak akan dilakukan teknik-teknik revolusioner dan lebih ditekankan
pada metode pendidikan. Aliran ini mencoba cara yang praktis untuk memanfaatkan
semua sarana legislatif untuk pengaturan jam kerja, kesehatan, upah dan kondisi
kerja yang lain. Bentuk sosialisme ini didukung oleh Fabian society yang
didirikan 1884. Tokoh gerakan sosial di Inggris berasal dari kelompok
intelektual di antaranya George Bernard Shaw, Lord Passfield, Beatrice Webb,
Graham Wallas dan GDH Cole (Ali Mudhofir, 1988:90).
Istilah “ sosialis” atau negara sosial demokrat
digunakan untuk menunjuk negara yang menganut paham sosialisme “ moderat” yang
dilawankan dengan sosialisme ”radikal” untuk sebutan lain bagi “komunisme”. Hal
ini ditegaskan mengingat dalam proses perkembangannya di Negara Barat yang pada
mulanya menganut paham liberal-kapitalis berkembang menjadi Negara sosialis
(sosialis demokrat) ( Frans Magnis Suseno,1975: 19-21). Perbedaan yang paling
menonjol antara sosialis-demokrat dan komunisme (Marxisme-Leninisme) adalah
sosial demokrat melaksanakan cita-citanya melalui jalan evolusi, persuasi,
konstitusional-parlementer dan tanpa kekerasan, sebaliknya Marxisme-Leninisme
melalui revolusi.
Sosialisme adalah ajaran kemasyarakatan
(pandangan hidup) tertentu yang berhasrat menguasai sarana-sarana produksi
serta pembagian hasil produksi secara merata (W.Surya Indra, 1979: 309). Dalam
membahas sosialisme tidak dapat terlepas dengan istilah Marxisme-Leninisme
karena sebagai gerakan yang mempunyai arti politik, baru berkembang setelah
lahirnya karya Karl Marx, Manifesto Politik Komunis (1848). Dalam edisi bahasa
Inggris 1888 Marx memakai istilah “sosialisme” dan ”komunisme” secara
bergantian dalam pengertian yang sama. Hal ini dilakuakn sebab Marx ingin
membedakan teorinya yang disebut “sosialisme ilmiah” dari “ sosialisme utopia”
untuk menghindari kekaburan istilah dua sosialisme dan juga karena
latarbelakang sejarahnya. Marx memakai istilah “komunisme” sebagai ganti
“sosialisme” agar nampak lebih bersifat revolusioner (Sutarjo Adisusilo, 1991:
127).
Dalam perkembangannya, Lenin dan Stalin
berhasil mendirikan negara “komunis”. Istilah “sosialis” lebih disukai daripada
“komunis” karena dirasa lebih terhormat dan tidak menimbulkan kecurigaan.
Mereka menyebut masa transisi dari Negara kapitalis ke arah Negara komunis atau
“masyarakat tidak berkelas” sebagai masyarakat sosialis dan masa transisi itu
terjadi dengan dibentuknya “ Negara sosialis”, kendati istilah resmi yang
mereka pakai adalah “negara demokrasi rakyat”. Di pihak lain Negara di luar
“Negara sosialis”, yaitu Negara yang diperintah oleh partai komunis, tetap
memakai sebutan komunisme untuk organisasinya, sedangkan partai sosialis di
Negara Barat memakai sebutan “sosialis demokrat” (Meriam Budiardjo, 1984: 5).
Dengan demikian dapat dikemukakan, sosialisme
sebagai idiologi politik adalah suatu keyakinan dan kepercayaan yang dianggap
benar mengenai tatanan politik yang mencita-citakan terwujudnya kesejahteraan
masyarakat secara merata melalui jalan evolusi, persuasi,
konstitusional-parlementer dan tanpa kekerasan.
SOSIALISME DAN DEMOKRASI
Pertalian antara demokrasi dan sosialisme
merupakan satu-satunya unsur yang paling penting dalam pemikiran dan politik
sosialis. Ditinjau dari segi sejarah sosialisme, segera dapat diketahui gerakan
sosialis yang berhasil telah tumbuh hanya di negara-negara yang mempunyai
tradisi-tradisi demokrasi yang kuat, seperti Inggris, Selandia Baru,
Skandinavia, Belanda, Swiss, Australia, Belgia (William Ebenstein, 1994: 213).
Mengapa demikian sebab pemerintahan yang demokratis dan konstitusional pada
umumnya diterima, kaum sosialis dapat memusatkan perhatian pada programnya yang
khusus, meskipun program itu tampak terlalu luas yakni: menciptakan kesempatan
yang lebih banyak bagi kelas-kelas yang berkedudukan rendah mengakhiri ketidaksamaan
yang didasarkan atas kelahiran dan tidak atas jasa, membuka lapangan pendidikan
bagi semua rakyat, memberikan jaminan sosial yang cukup bagi mereka yang sakit,
menganggur dan sudah tua dan sebagainya.
Semua tujuan sosialisme demokratis ini mempunyai
persamaan dalam satu hal yaitu membuat demokrasi lebih nyata dengan jalan
memperluas pemakaian prinsip-prinsip demokrasi dari lapangan politik ke
lapangan bukan politik dari masyarakat. Sejarah menunjukkan, masalah
kemerdekaan merupakan dasar bagi kehidupan manusia. Kemerdekaan memeluk
agama-kepercayaan, mendirikan organisasi politik dan sebagainya merupakan
sendi-sendi demokrasi. Jika prinsip demokrasi telah tertanam kuat dalam hati
dan pikiran rakyat, maka kaum sosialis dapat memusatkan perhatian pada aspek
lain. Sebaliknya, di Negara yang masih harus menegakkan demokrasi, partai
sosialis harus berjuang untuk dapat merealisasikan ide tersebut. Misalnya di
Jerman masa kerajaan kedua (1870-1918) yang bersifat otokratis, partai sosialis
demokratis senantiasa bekerja dengan rintangan yang berat. Lembaga parlementer
hanya sebagai selubung untuk menutupi pemerintahan yang sebenarnya bersifat
diktaktor. Pada masa Bismarck berkuasa, kaum sosialis demokrasi dianggap
sebagai” musuh-musuh Negara”, dan pemimpin partai yang lolos dari penangkapan
melarikan diri ke Inggris dan Negara Eropa lainnya. Demikian pula pada masa
republik Weiner (1919-1933), partai sosial demokratis Jerman juga tidak berdaya
karena tidak ada pemerintahan yang demokratis.
Di Rusia sebelum 1917, keadaan lebih parah
lagi, Rezim Tsar yang despotis malahan sama sekali tidak berpura-pura dengan
masalah pemerintahan demokratis. Jadi tidak mungkin ada perubahan sosial dan
ekonomi dengan jalan damai, sehingga apa yang terjadi ialah revolusi oleh kaum
komunis.
Perang Dunia (PD) II memberikan gambaran lebih
jelas tentang masalah di atas. Menjelang tahun 1936 partai sosialis di Perancis
merupaksn partai yang terkuat. Selama PD II di bawah kedudukan Jerman, kaum
komunis lebih banyak bergerak di bawah tanah, mengadakan teror dan bertindak di
luar hukum sebagaimana sifatnya dalam keadaan normal pun juga demikian,
memperoleh pengikut yang lebih banyak, sehingga menjadi partai yang terkuat di
Perancis.
Berbeda dengan yang berada di Inggris, kaum
sosialis dalam pemilihan umum tahun 1951, memperoleh suara 6 kali pengikut yang
lebih banyak jumlahnya apabila dibandingkan dengan suara yang didapat kaum
komunis. Bukti tersebut tidak hanya diberikan oleh Inggris Raya, tetapi juga
oleh Negara-negara demokratis lainnya yang mempunyai gerakan–gerakan sosialis
yang kuat. Hal ini menunjukkan bahwa kemerdekaan sipil yang penuh dapat
menangkal fasisme dan komunisme .
Apabila orang ingin memberikan tingkat kepada
Negara-negara demokratis dewasa ini, terutama dalam masalah kemerdekaan sipil,
maka Inggris, Norwegia, Denmark, Swedia, Belanda, Belgia, Australia, Selandia
Baru dan Israel akan berada di Puncak daftar. Di Negara itu dalam masa terakhir
berada di bawah pemerintahan sosialis atau kabinet-kabinet koalisi yang di
dalamnya kaum sosialis memperoleh perwakilan yang kuat (William Ebenstein,1994:
215).
Kesejajaran di atas tidaklah rumit untuk
ditelusuri, kaum sosialis demokratis menyadari akan kenyataan bahwa, tanpa
kesempatan-kesempatan yang diberikan oleh pemerintahan konstitusional yang
liberal mereka tidak akan sampai pada tangga pertama. Sekali mereka berkuasa
dalam pemerintahan, kaum sosialis masih tetap mempertahankan psikologi oposisi.
Sebab mereka tahu bahwa dengan memegang kekuasaan politik belum berarti
soal-soal organisasi sosial dan ekonomi dengan sendirinya akan terpecahkan .
Dengan kata lain, sebelum kaum sosialis mengambil alih pemerintahan, mereka
beroposisi terhadap pemerintah dan kelas-kelas yang berpunya; setelah mereka
mendapat kekuasaan dalam pemerintahan, psikologi oposisi yang ditunjukkan
terhadap status quo ekonomi perlu tetap ada.
Demokrasi dan sosialilsme merupakan dua
ideologi yang sekarang nampak diannut di berbagai Negara yang bukan Fasis dan
bukan Komunis. Dalam keadaan sekarang tidak mudah merumuskan pengertian
demokrasi . Berbagai macam demokrasi telah berkembang menjadi berbagaai bentuk
masyarakat. Demokrasi Inggris modern atau demokrasi Swedia lebih dekat dalam
beberapa hal pada sosialisme Negara di Soviet Rusia dibandingkan dengan sistim
ekonomi Amerika Serikat . Akan tetapi dalam soal-soal perorangan dan
kemerdekaan politik hal sebaliknya yang berlaku . Berbeda lagi yang ada di
Amerika Serikat mungkin dapat disebut “demokrasi kapitalis”. Disebut demikian
karena yang tampak hanya demokrasi politik, tetapi tidak cukup ada apa yang
dinamakan demokrasi ekonomi dengan tetap adanya freefight ekonomi yang memungkinkan beberapa segelintir orang
menjadi kapitalis yang amat kaya .
Demokrasi ekonomi dan disamping itu demokrasi
sosial dapat diketemukan dalam idiologi sosialisme, yang pada prinsipnya
menjurus kepada suatu keadilan sosial dengan semboyan : kepada seorang harus
diberikan sejumlah yang sesuai dengan nilai pekerjaanya. Akan tetapi untuk
mencapai itu, pemerintah sering harus campur tangan dengan membatasi keluasaan
gerak-gerik para warganegara. Sampai di mana ini berlaku, tergantung dari
keadaan setempat di tiap-tiap Negara ( Wiryono P., 1981: 137) .
Dari uraian di atas dapat disimpulkan
sosialisme hanya dapat berkembang dalam lingkungan masyarakat dan pemerintahan
yang memiliki tradisi kuat dalam demokrasi. Pada saat kaum sosialis berhasil
memegang kekuasaan, pemerintahan masih tetap diberikan kesempatan kepada pihak
lain untuk ikut ambil bagian ( sebagian oposisi) ) dan mereka juga menyadari
bahwa kekuasaan yang diperoleh tidak bersifat permanen .
UNSUR-UNSUR PEMIKIRAN DAN POLITIK SOSIALISME
Sosialisme, seperti gerakan-gerakan dan gagasan
liberal lainnya, hal ini mungkin karena kaum liberal tidak dapat menyepakati
seperangkat keyakinan dan doktrin tertentu. Apalagi sosialisme telah berkembang
di berbagai Negara dengan tradisi nasionalnya sendiri dan tidak pernah ada
otoritas pusat yang menentukan garis kebijakan partai sosialis yang bersifat
mengikat, namun garis-garis besar pemikiran dan kebijakan sosialis dapat
disimak dari tulisan-tulisan ahli sosialis dan kebijakan partai sosialis. Apa
yang muncul dari pemikiran dan kebijakan itu bukanlah merupakan sesuatu
konsisten. Kekuatan dan kelemahan utama sosialisme terletak dalam kenyataan
bahwa system itu tidak memiliki oktrin yang pasti dan berkembang karena
sumber-sumber yang saling bertentangan dalam masyarakat yang merupakan wadah
perkembangan sosialisme.
Unsur-unsur pemikiran dan politik sosialis yang
rumit dan saling bertentangan dengan jelas tergambar dalam gerakan sosialis
Inggris. Unsur-unsur yang ada dalam gerakan sosialis Inggris adalah: (1).
Agama, (2) Idealisme Etis dan Estetis, (3) Empirisme Fabian, (4) Liberalisme
(Willian Ebenstein,1985:188).
1.
Agama
Dalam buku The Labour Party in Perspective Attles dikemukakan bahwa… dalam pembentukan gerakan sosialis pengaruh agama merupakan yang paling kuat. Inggris pada abad 19 masih merupakan bangsa yang terdiri para pembaca kitab suci. Didalamnya ia akan menemukan bacaan yang mendorongnya untuk tampil sebagai pengkotbah doktrin keagamaan di negera ini dan adanya berbagai ajaran yang dianutnya membuktikan hal ini.
Gerakan
sosialis Kristen yang dipimpin oleh dua orang biarawan yaitu frederich Maurice
dan Charles Kingsley mencapai puncak kejayaannya pada pertengahan abad 19 dan
menjadi sumber penting untuk perkembangan organisasi kelas buruh dan sosialis
kemudian. Prinsip yang menjadi pedoman bagi kaum sosialis Kristen adalah konsep
yang mendasarkan bahwa sosialisme harus dikrestenkan dan kristianitas harus disosialisasikan.
Pada
tahun 1942, Uskup Agung Centerbury, William Temple dalam bukunya Christianity
and Sosial Order mengemukakan pemikiran yang sangat dekat dengan sosialisme.
Temple beranggapan bahwa setiap setiap system ekonomi untuk sementara atau selamanya
memerlukan memberikan pengaruh edukatif yang sangat besar dan karena itu gereja
ikut mempersoalkannya. Apakah pengaruh itu mengarah pada perkembangan sifat
kekristenan dan jika jawabannya sebagian atau seluruhnya negatif, gereja harus
berusaha sedapat mungkin menjamin perubahan dalam system ekonomi tersebut
sehingga gereja tidak menemukan musuh akan tetapi sekutu dalam Kristen itu.
Adanya
perhatian agama Kristen yang bersifat praktis ini sangat kuat terasa selama
pengaruh terakhir abad 19. Kesungguhan moral dan kejujuran merupakan ciri masa
ini. Agama mengakui kesopanan dan kepercayaan merupakan syarat penting untuk
memperoleh keselamatan. Akan tetapi tetap menekankan pentingnya perbuatan dan
penyelamatan dengan kerja. Banyak pemimpin sosialis dari generasi yang lebih
tua seperti Attlee dan Sir Staffors Cripps dididik dalam suasana dimana agama
mempunyai pengaruh yang kuat.
2.
Idealisme Etis dan Estetis
Idealisme etis dan estetis juga menjadi sumber bagi sosialisme Inggris, meskipun pengaruhnya tidak dapat diukur dalam wujud jumlah suara dan kartu keanggotaan. Idialisme yang diungkapkan oleh beberapa penulis seperti John Ruskin dan William Morris bukanlah suatu program politik atau ekonomi, tetapi merupakan pemberontakan kehidupan yang kotor, membosankan dan miskin di bawah kapitalisme industri. Berkembangnya kapitalisme di Inggris mungkin menciptakan lebih banyak keburukan disbanding dengan tempat lain, karena para industriawan Inggris tidak dapat membayangkan nantinya kapitalisme akan merubah udara dan air yang jernih dan keindahan wilayah pedalaman Inggris. Mereka juga tidak memperhitungkan sebelumnya pengrusakan pemandangan kota dan desa tua oleh adanya pemukiman dan pusat pabrik.
Marx
melakukan pendekatan terhadap kapitalisme industri dalam kerangka hukum kosmis
seperti perkembangan sejarah dunia menurut hukum-hukum sosial yang tidak dapat
dielakkan, filsafat materialisme, maka Morris lebih bertumpu pada kenyataan. Di
sekitarnya ia melihat barang dan perlengkapan rumah tangga yang jelek serta
kehidupan manusia yang menampakkan keceriaan dan keindahan dalam kehidupannya.
Pusat perhatian Morris adalah manusia bukan system. Ia merasakan bahwa seni
harus dikembalikan dalam kehidupan sehari-hari dan dorongan yang kreatif pada
setiap orang harus diberi jalan penyalurannya dalam kehidupan dan pekerjaan
sehari-hari.
Pengaruh
Ruskin dan Morris lebih banyak mengandung segi negatif dibanding positifnya.
Mereka menunjukkan apa yang secara fisik dan moral salah menyangkut peradaban
yang dibangun di atas perselisihan dan kemelaratan, tetapi tidak merumuskan
program tertentu untuk memperbaiki kondisi yang dikritiknya. Meskipun demikian
pemberontakan estetika dan etika ini membawa pengaruh yang penting dalam
mempersiapkan suatu lingkungan intelektual dimana nantinya sosialisme
mendapatkan tanggapan yang simpatik.
3.
Empirisme Febian.
Empirisme Febian mungkin merupakan ciri khas gerakan Inggris. Masyarakat Febian didirikan pada tahun 1884, mengambil nama seorang jenderal Romawi yaitu Quintus Febians Maximus Constator, Si “pengulur waktu”atau “Penunda”. Motto awal dari masyarakat tersebut ialah “engkau harus menunggu saat yang tepat, kalau saat yang tepat itu tiba engkau harus melakukan serangan yang dasyat, sebab jika tidak, penundaan yang engkau lakukan itu sia-sia dan tidak akan membawa hasil“.
Para
pendiri dan anggota pertama masyarakat Febian adalah George Bernard Shaw,
Sidney dan Beatrice Webb,H.G.Wells dan Grahan Wallas. Dalam penelitian sejarah
tentang landasan yang dilakukan oleh Sidney Webb, seperti dalam buku Febian
Esseye (1889), dapat ditemukan apa yang menjadi filsafat dasar sosialisme. Webb
menganggap sosialisme sebagai hasil yang tidak dapat dielakkan dari
terlaksananya demokrasi secara penuh, tetapi ia menandaskan “ kepastian yang
datang secara bertahap” sangat berbeda dengan kepastian revolusi seperti yang
dicanangkan oleh Marx.
Webb
menekankan bahwa organisasi sosial hanya dapat terbentuk secara perlahan dan
perubahan-perubahan organisasi . Perubahan tersebut akan terjadi dengan adanya
empat kondisi: pertama perubahan itu harus bersifat demokratis , kedua
perubahan itu harus secara bertahap, ketiga perubahan itu harus sesuai dengan
moral masyarakat, keempat perubahan tersebut harus melalui prosedur dan
menggunakan cara damai.
Kelompok
Fabian memusatkan perhatiannya untuk meyakinkan sekelompok kecil orang yang
memenuhi dua kualifikasi : pertama orang-orang tersebut secara permanent
mempunyai pengaruh dalam kehidupan masyarakat, sehingga kalau proses perembesan
yang dibutuhkan waktu lama itu berhasil, maka dapat dipetik manfaatnya, kedua
mereka harus bersikap dan bertindak wajar sehinga kelompok Fabian tidak
dianggap sebagai kaum ekstrimis. Orang-orang dengan kualifikasi seperti itu
dapat dijumpai dalam semua partai politik. Untuk itu kelompok Fabian tidak
hanya menggarap kaum konservatif saja, tetapi juga kaum liberal.
Fabianisme
sering digambarkan sebagai pembaharuan tanpa kebencian, pembangunan kembali
masyarakat perang kelas, emperialisme politik tanpa dogma atau fanatisme.
Meskipun organisasinya kecil, namun masyarakat Febian membawa pengaruh yang
besar. Dalam pemilihan tahun 1945 menampilkan untuk pertama kalinya
pemerintahan Partai Buruh didasarkan pada mayoritas dalam parlemen 229 dari 394
anggota parlemen dari Partai Buruh berasal dari kelompok Febian dan lebih dari
separuh pejabat pemerintah, termasuk Attlee (Perdana Menteri 1945-1951) juga
orang-orang Febian.
4.
Liberalisme
liberalisme telah menjadi sumber yang semakin penting bagi sosialisme, terutama sejak Partai Liberal merosot peranannya di banyak Negara. Di Inggris sebenarnya Partai Liberal sudah lenyap dan Partai Buruh yang menjadi pewarisnya. Dalam 40 tahun terakhir semakin banyak orang liberal yang menggabungkan diri dengan Partai Buruh. Apa alasannya ?. Pertama, lenyapnya Partai Liberal Inggris bukanlah disebabkan kegagalannya ,tetapi hasil yang telah dicapai membuat kehadiran partai ini tidak diperlukan lagi. Saat ini baik Partai Konservatif maupun Partai Buruh mempunyai komitmen yang kuat terhadap prinsip liberal yang menghormati kebebasan individu untuk beribadah, berpikir, berbicara dan berkumpul. Kedua perdagangan bebas yang merupakan cita-cita yang penting dari liberalisme Inggris abad 19 tidak muncul lagi sebagai kepentingan politik yang menggebu-gebu. Baik golongan konservatif maupun golongan Buruh mempunyai komitmen pada bentuk proteksi tarif tertentu. Orang-orang liberal sendiri juga sudah menyadari perdagangan bebas tidak penting lagi seperti dulu.
Karena
masalah-masalah yang khusus sudah tidak ada lagi, banyak orang liberal yang
bergabung dengan Partai Buruh atau memberikan suaranya untuk Partai Buruh atau
menganggap dirinya sebagai orang sosialis murni.Liberalisme biasanya menjadi
aliran kiri kaum konservatif. Di Negara yang mempunyai system dua partai
seperti Inggris, kalau orang akan bergeser dari konservatif. Maka Partai Buruh
merupakan tumpuan untuk memperjuangkan kepentingan politiknya.
Liberalisme
telah memberikan sumbangan yang cukup besar hal-hal yang berguna bagi
sosialisme Inggris. Karena pengaruh Liberalisme para pemimpin sosialis lebih
moderat dan kurang terpaku pada doktrin serta lebih menghargai kebebasan
individu. Liberalisme telah merubah Partai Buruh menjadi sebuah partai
nasional, bukan lagi partai yang didasarkan pada kelas. Liberalisme juga telah
mewariskan kepada Partai Buruh peran kaum liberal bahwa pembaharuan dapat
dilakukan dengan tidak usah menimbulkan kepahitan dan kebencian.
SOSIALISME DI BERBAGAI NEGARA
Kemenangan bangsa-bangsa demokrasi dalam perang
dunia I memberikan dorongan yang kuat bagi partumbuhan partai sosialis di
seluruh dunia. Perang telah dilancarkan untuk mempertahankan cita-cita
kemerdekaan dan keadaan sosial terhadap imperialisme totaliter Jerman dan
Sekutu-sekutunya. Selama peperangan telah dijanjikan kepada rakyat-rakyat
negara demokratis yang ikut berperang, bahwa kemenangan militer akan disusul
dengan suatu penyusunan kehidupan sosial baru berdasarkan kesempatan dan
persamaan yang lebih banyak.
Di Inggris dukungan terbesar terhadap gerakan
sosialisme muncul dari Partai Buruh mencerminkan pertumbuhanuruh dan
perkembangannya suatu proses terhadap susunan sosial yang lama. Pada awal
pertumbuhan hanya memperoleh suara (dukungan) yang kecil dalam perwakilannya di
parlemen. Selanjutnya menjadi partai yang lebih bersifat nasional setelah
masuknya bekas anggota partai liberal. Banyak programnya yang berasal dari kaum
sosialis,terutama dari kelompok Febiaan berhasil memperkuat posisi partai
karena dapat memenuhi keinginan masyarakat. Kemajuan yang dapat dicapaimisalnya
dalam bidang (1) pemerataan pendapatan (2)distribusi pendapatan (3) pendidikan
(4) perumahan (Anthony Crosland, 1976: 265-268).
Di Negara-negara Eropa lainnya seperti
Perancis, Swedia, Norwegia, Denmark dan juga Australia dan Selandia Baru
partai-partai sosial berhasil memegang kekuasaan pemerintahan melalui
pemilu-pemilu bebas. Hal tersebut berarti kalau kita berbicara sosialisme, maka
kita menghubungkan dengan sosialisme demokrasi tipe reformasi liberal. Hal ini
perlu dibedakan dengan sosialisme otoriter atau komunisme seperti yang terlihat
di Soviet dan RRC.
Selama tahun 1920-an dan 1930-an, kaum sosialis
di Eropa dan Amerika melakukan serangan baru terhadap kelemahan kapitalisme,
ungkapan-ungkapan misalnya : ketimpangan ekonomi, pengangguran kronis, kekayaan
privat dan kemiskinan umum, menjadi slogan-slogan umum. Di Eropa partai
sosialis demokratis dipengaruhi Marxisme revisionis,solidaritas kelas pekerja,
dan pembentukan sosialis yang papa akhirnya melalui cara demokratis sebagai
alat untuk memperbaiki kekurangan system kapitalis. Periode tersebut merupakan
era menggejolaknya aktivitas sosialis.
Setelah PD II terjadi perubahan besar dalam
pemikiran kaum sosialis. Pada permulaan tahun 1960 banyak diantara partai
sosialis demokrat Eropa yang melepaskan dengan hubungan ikatan-ikatan idiology
Marx. Mereka mengubah sikapnya terhadap hak milik privat dan tujuan mereka yang
semula tentang hak milik kolektif secara total. Perhatian mereka curahkan
terhadap upaya “ menyempurnakan ramuan”pada perekonomian yang sudah menjadi
ekonomi campuran. Akibatnya disfungsi antara sosialis dan negara kesejahteraan
modern (The modern welfare state) kini dianggap orang sebagai perbedaan yang
bersifat gradual.
Menurut Milton H Spencer sosialisme demokrasi
modern merupakan suatu gerakan yang berupaya untuk memperbaiki kesejahteraan
masyarakat melalui tindakan (1) memperkenalkan adanya hak milik privat atas
alat-alat produksi (2) melaksanakan pemilikan oleh Negara (public ounership)
hanya apabila hal tersebut diperlukan demi kepentingan masyarakat (3)
mengandalkan diri secara maksimal atas perekonomian pasar dan membantunya
dengan perencanaan guna mencapai sasaran sosial dan ekonomis yang diinginkan (
Winardi, 1986: 204).
Bagaimanakah sosialisme di Negara-negara
berkembang ?. Negara-negara miskin berhasrat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi
yang cepat. Dari segi kepentingan dalam negeri pertumbuhan ekonoimi yang tinggi
merupakan satu-satunya cara untuk mencapai srtandart hidup, kesehatan dan
pendidikan yang lebih baik. Ada dua cara untuk mencapai pembangunan ekonomi yang
pesat: Pertama cara yang telah digunakan oleh Negara Barat (maju), pasar bebas
merupakan alat utama untuk menunjang pertumbuhan ekonomi yang tinggi.Kedua
komunisme, dalam metode ini Negara memiliki alat-alat produksi dan menetapkan
tujuan yang menyeluruh.
Dalam menghadapi masalah modernisasi ekonomi
Negara-negara berkembang pada umumnya tidak mau meniru proses pembangunan
kapitalis Barat atau jalur pembangunan komunisme. Mereka menetapkan sendiri
cara-cara yang sesuai dengan kondisi masing-masing Negara. Ketiga jalan ketiga
disebut Sosialisme. Dalam konteks negara terbelakang/berkembang sosialisme
mengandung banyak arti pertama di dunia yang sedang berkembang sosialisme
berarti cita-cita keadilan sosial . Kedua istilah sosialisme di Negara-negara
berkembang sering berarti persaudaraan, kemanusiaan dan perdamaian dunia yang
berlandaskan hukum. Arti Ketiga sosialisme di Negara berkembang ialah komitmen
pada perancangan ( Willan Ebenstein,1994: 248-249).
Melihat tersebut di atas arti sosialisme pada
negara berkembang dengan Negara yang lebih makmur karena perbedaan situasi
histories. Di dunia Barat sosialisme tidak diartikan sebagai cara
mengindustrialisasikan Negara yang belum maju, tetapi cara mendistribusikan
kekayaan masyarakat secara lebih merata. Sebaliknya, sosialisme di Negara
berkembang dimaksudkan untuk membangun suatu perekonomian industri dengan
tujuan menaikkan tingkat ekonomi dan pendidikan masa rakyat , maka sosialisme
di negara Barat pada umumnya berkembang dengan sangat baik dalam kerangka pemerintahan
yang mantap (seperti di Inggris dan Skandinavia) , sedangkan di Negara
berkembang sosialisme sering berjalan dengan beban tardisi pemerintahan yang
otoriter oleh kekuatan imperialism easing atau oleh penguasa setempat.Karena
itu ada dugaan sosialisme di Negara berkembang menunjukkan toleransi yang lebih
besar terhadap praktek otoriter dibandingkan dengan dengan yang terjadi
sosialisme di Negara Barat. Kalau Negara-negara berkembang gagal dalam usahanya
mensintesakan pemerintahan yang konstitusional dan perencanaan ekonomi , maka
mereka menganggap bahwa pemerintahan konstitusional dapat dikorbankan demi
memperjuangkan pembangunan ekonomi yang pesat melalui perencanaan dan pemilikan
industri oleh Negara.
Jika kita perhatikan dalam sejarah bangsa
Indonesia , pada awal kemerdekaan sampai tahun 1965 pernah pula diintrodusir
konsep sosialisme ala Indonesia .Apakah itu sebagai akibat pengaruh PKI atau
ada aspek-aspek tertentu yang memang sesuai dengan kondisi di negara kita. Yang
jelas sejak memasuki Orde BAru “sosialisme” itu tidak terdengar lagi .
Adanya perbedaan pengertian mengenai konsep
sosialisme , memberikan wawasan kepada kita bahwa suatu ideology politik yang
dianut oleh suatu Negara belum tentu cocok untuk negar lain . Melalui pemahaman
ini dapat dipetik manfaatnya untuk pengembangan pembangunan nasional demi
tercapainya tujuan nasional seperti yang terumuskan dalam UUD 1945.
KESIMPULAN
Sosialisme adalah pandangan hidup dan ajaran kamasyarakatan tertentu , yang berhasrat menguasai sarana-sarana produksi serta pembagian hasil-hasil produksi secara merata . Sosialisme sebagai ideology politik adalah suatu keyakinan dan kepercayaan yang dianggap benar oleh para pengikutnya mengenai tatanan politik yang mencita-citakan terwujutnya kesejahteraan masyarakat secara merata melalui jalan evolusi, persuasi , konstitusional –parlementer , dan tanpa kekerasan.
Sosialisme adalah pandangan hidup dan ajaran kamasyarakatan tertentu , yang berhasrat menguasai sarana-sarana produksi serta pembagian hasil-hasil produksi secara merata . Sosialisme sebagai ideology politik adalah suatu keyakinan dan kepercayaan yang dianggap benar oleh para pengikutnya mengenai tatanan politik yang mencita-citakan terwujutnya kesejahteraan masyarakat secara merata melalui jalan evolusi, persuasi , konstitusional –parlementer , dan tanpa kekerasan.
Sosialisme
sebagai ideology politik timbul dari keadaan yang kritis di bidang sosial,
ekonomi dan politik akibat revousi industri . Adanya kemiskinan , kemelaratan
,kebodohan kaum buruh , maka sosialisme berjuang untuk mewujudkan kesejahteraan
secara merata.
Dalam
perkembangan sosialisme terdiri dari pelbagai macam bentuk seperti sosialisme
utopia , sosialisme ilmiah yang kemudian akan melahirkan pelbagai aliran sesuai
dengan nama pendirinya atau kelompok masyarakat pengikutnya seperti
Marxisme-Leninisme ,Febianisme , dan Sosial Demokratis.
Sosialisme
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada masyarakat –bangsa yang memiliki
tradisi demokrasi yang kuat. Unsur-unsur pemikiran yang ada dalam gerakan
sosialis sebagimana tergambar di Inggris mencakup : (a) agama ; (b) idealisme e
tis dan estetis ; (c) empiris Fabian ; dan (d) liberalisme .
Sosialisme
yang ada disetiap negara memiliki ciri khas sesuai dengan kondisi sejarahnya .
Dalam sosialisme tidak ada garis sentralitas dan tidak bersifat internasional
Sosialisme
di negara-negara berkembang mengandung banyak arti . Sosialisme berarti
cita-cita keadilan sosial ; persaudaraan ; kemanusiaan dan perdamaian dunia
yang berlandaskan hukum ; dan komitmen pada perencanaan.
Di
negara-negara Barat ( lebih makmur) sosialisme diartikan sebagai cara
mendistribusikan kekayaan masyarakat secara lebih merata sedangkan di Negara
berkembang sosialisme diartikan sebagai cara mengindustrialisasikan Negara yang
belum maju atau membangun suatu perekonomian industri dengan maksud manaikkan
tingkat ekonomi dan pendidikan masyarakat .
Sosialisme
sebagai idiologi politik yang merupakan keyakinan dan kepercayaan yang dianggap
benar mengenai tatanan politik yang mencita-citakan terwujudnya kesejahteraan
masyarakat secara merata melalui jalan evolusi, persuasi, konstitusional-parlementer
dan tanpa kekerasan. Sosialisme sebagai ideologi politik timbul dari keadaan
yang kritis di bidang sosial, ekonomi dan politik akibat revousi industri .
Adanya kemiskinan , kemelaratan ,kebodohan kaum buruh , maka sosialisme
berjuang untuk mewujudkan kesejahteraan secara merata.
Dalam
perkembangan sosialisme terdiri dari pelbagai macam bentuk seperti sosialisme
utopia, sosialisme ilmiah yang kemudian akan melahirkan pelbagai aliran sesuai
dengan nama pendirinya atau kelompok masyarakat pengikutnya seperti
Marxisme-Leninisme, Febianisme , dan Sosial Demokratis. Sosialisme dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik pada masyarakat –bangsa yang memiliki tradisi
demokrasi yang kuat .
Sosialisme da Sosial
Referensi dari berbagai buku dan jornal ilmia terkemuka
Sosialisme da Sosial
Referensi dari berbagai buku dan jornal ilmia terkemuka
Lihat pula
- Antikapitalisme
- Neoliberalisme
- Favoritisme
- Norma (sosiologi)
- Tata susila
- Sosialisasi dan Sosiologi
- Romantisisme
- Fanatisme
- Pengkambing hitaman (scape goating)
Referensi
1.
^ Bertrand Badie; Dirk Berg-Schlosser; Leonardo Morlino
(2011). International Encyclopedia of Political Science. SAGE
Publications, Inc. p. 2456. ISBN 978-1412959636. Socialist systems are those regimes based on the
economic and political theory of socialism, which advocates public ownership
and cooperative management of the means of production and allocation of
resources.
3.
^ "2. (Government, Politics & Diplomacy) any of
various social or political theories or movements in which the common welfare
is to be achieved through the establishment of a socialist economic
system" "Socialism" at
The Free dictionary
4.
^ "The origins of
socialism as a political movement lie in the Industrial Revolution." "Socialism" in Encyclopedia Britannica Online
5.
^ O'Hara, Phillip (September 2003). Encyclopedia of
Political Economy, Volume 2. Routledge. p. 71. ISBN 0-415-24187-1. In order of increasing decentralisation (at least)
three forms of socialized ownership can be distinguished: state-owned firms,
employee-owned (or socially) owned firms, and citizen ownership of equity.
6.
^ Peter Lamb, J. C. Docherty. Historical dictionary of
socialism. Lanham, Maryland, UK; Oxford, England, UK: Scarecrow Press, Inc,
2006. p. 1.
7.
^ Nove, Alec. Socialism. New Palgrave Dictionary of
Economics, Second Edition (2008): http://www.dictionaryofeconomics.com/article?id=pde2008_S000173
9.
^ Rocker, Rudolf (2004). Anarcho-Syndicalism: Theory
and Practice. AK Press. p. 65. ISBN 978-1-902593-92-0.
10.
^ "Authority is defined in terms of the right to
exercise social control (as explored in the "sociology of power") and
the correlative duty to obey (as explred in the "philosophy of practical
reason"). Anarchism is distinguished, philosophically, by its scepticism
towards such moral relations – by its questioning of the claims made for such
normative power – and, practically, by its challenge to those
"authoritative" powers which cannot justify their claims and which
are therefore deemed illegitimate or without moral foundation."Anarchism and Authority: A
Philosophical Introduction to Classical Anarchism by Paul McLaughlin. AshGate. 2007. pg. 1
11.
^ "The IAF - IFA fights for : the
abolition of all forms of authority whether economical, political, social,
religious, cultural or sexual.""Principles of The International of Anarchist
Federations"
12.
^ "Anarchism, then, really stands for the liberation
of the human mind from the dominion of religion; the liberation of the human
body from the dominion of property; liberation from the shackles and restraint
of government. Anarchism stands for a social order based on the free grouping
of individuals for the purpose of producing real social wealth; an order that
will guarantee to every human being free access to the earth and full enjoyment
of the necessities of life, according to individual desires, tastes, and
inclinations." Emma Goldman. "What it Really
Stands for Anarchy" in Anarchism and Other Essays.
13.
^ Individualist anarchist Benjamin Tucker defined
anarchism as opposition to authority as follows "They found that they must
turn either to the right or to the left, — follow either the path of Authority
or the path of Liberty. Marx went one way; Warren and Proudhon the other. Thus
were born State Socialism and Anarchism...Authority, takes many shapes, but,
broadly speaking, her enemies divide themselves into three classes: first,
those who abhor her both as a means and as an end of progress, opposing her
openly, avowedly, sincerely, consistently, universally; second, those who
profess to believe in her as a means of progress, but who accept her only so
far as they think she will subserve their own selfish interests, denying her
and her blessings to the rest of the world; third, those who distrust her as a
means of progress, believing in her only as an end to be obtained by first
trampling upon, violating, and outraging her. These three phases of opposition
to Liberty are met in almost every sphere of thought and human activity. Good
representatives of the first are seen in the Catholic Church and the Russian
autocracy; of the second, in the Protestant Church and the Manchester school of
politics and political economy; of the third, in the atheism of Gambetta and
the socialism of Karl Marx." Benjamin Tucker. Individual Liberty.
14.
^ Ward, Colin (1966). "Anarchism as a
Theory of Organization". Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 March 2010. Diakses tanggal 1 March
2010.
15.
^ Anarchist historian George Woodcock report of Mikhail Bakunin's anti-authoritarianism
and shows opposition to both state and non-state forms of authority as follows:
"All anarchists deny authority; many of them fight against it." (pg.
9)...Bakunin did not convert the League's central committee to his full
program, but he did persuade them to accept a remarkably radical recommendation
to the Berne Congress of September 1868, demanding economic equality and
implicitly attacking authority in both Church and State."
16.
^ Brown, L. Susan (2002).
"Anarchism as a Political Philosophy of Existential Individualism:
Implications for Feminism". The Politics of Individualism: Liberalism,
Liberal Feminism and Anarchism. Black Rose Books Ltd. Publishing.
p. 106.
17.
^ Often, this definition is invoked to distinguish democratic
socialism from authoritarian socialism as in Malcolm Hamilton Democratic
Socialism in Britain and Sweden (St Martin's Press 1989),in Donald
F. Busky, Democratic Socialism: A Global Survey Greenwood Publishing, 2000, See
pp.7-8., Jim Tomlinson's Democratic Socialism and Economic Policy: The
Attlee Years, 1945-1951, Norman Thomas Democratic Socialism: a new appraisal
or Roy Hattersley's Choose Freedom: The Future of Democratic Socialism
19.
^ Nik Brandal, Øivind Bratberg, Dag Einar Thorsen. The
Nordic Model of Social Democracy (2013). Pallgrave MacMillan. Pg 7. ISBN 1137013265
20.
^ a b Busky, Donald F. (2000).
"Democratic Socialism: A Global Survey". Westport, Connecticut, USA:
Greenwood Publishing Group, Inc.,. p. 8. Deklarasi Frankfurt Sosialis
Internasional, yang hampir semua partai demokrasi sosial menjadi anggota,
mendeklarasikan tujuan pengembangan sosialisme demokratik
21.
^ Sejersted and Adams and Daly, Francis and Madeleine and
Richard (2011). The Age of Social Democracy: Norway and Sweden in the
Twentieth Century. Princeton University Press. ISBN 978-0691147741.
23.
^ Jerry Mander (24 July 2013). "There Are Good
Alternatives to US Capitalism, But No Way to Get There." Alternet. Retrieved 12 August 2013.
24.
^ Andrew Brown (12 September 2014). Who are Europe's happiest
people – progressives or conservatives? The Guardian. Retrieved 20 October 2014.
25.
^ Richard Eskow (15 October 2014). New Study Finds Big
Government Makes People Happy, "Free Markets" Don’t. ourfuture.org. Retrieved
20 October 2014.
26.
^ Benjamin Radcliff (25 September 2013). Western nations with
social safety net happier. CNN. Retrieved 20 October 2014.
27.
^ Craig Brown (11 May 2009). World's Happiest
Countries? Social Democracies. Commondreams. Retrieved 20 October 2014.
29.
^ Michael Newman. Socialism: A Very Short Introduction.
Cornwall, England, UK: Oxford University Press, 2005. [1]
30.
^ a b Thomas Meyer. The
Theory of Social Democracy. Cambridge, England, UK: Polity Press, 2007. p.
91.
31.
^ Front Cover Ira C. Colby, Catherine N. Dulmus, Karen M.
Sowers. Connecting Social Welfare Policy to Fields of Practice. John Wiley &
Sons, 2012. p. 29.
32.
^ Thomas Meyer, Lewis P. Hinchman. The theory of social
democracy. Cambridge, England, UK; Malden, Massachusetts, USA: Polity
Press, 2007. p. 137.
33.
^ Martin Upchurch, Graham John Taylor, Andy Mathers. The
crisis of social democratic trade unionism in Western Europe: the search for
alternatives. Surrey, England, UK; Burlington, Vermont, USA: Ashgate
Publishing, 2009. p. 51.
34.
^ a b Gerald F. Gaus, Chandran
Kukathas. Handbook of political theory. London, England, UK; Thousand Oaks,
California, USA; New Delhi, India: SAGE Publications, 2004. Pp. 420.
35.
^ Adams, Ian (1998). Ideology and Politics in
Britain Today. Manchester University Press. pp. 127–. ISBN 978-0-7190-5056-5. Diakses tanggal 1 August 2013.
36.
^ Stanislao G. Pugliese. Carlo
Rosselli: socialist heretic and antifascist exile. Harvard University
Press, 1999. Pp. 99.
37.
^ Noel W. Thompson. Political
economy and the Labour Party: the economics of democratic socialism, 1884-2005.
2nd edition. Oxon, England, UK; New York, New York, USA: Routledge, 2006. Pp.
60-61.
38.
^ Roland Willey Bartlett, Roland Willey Bartlett. The
success of modern private enterprise. Interstate Printers & Publishers,
1970. Pp. 32. "Liberal socialism, for example, is unequivocally in favour
of the free market economy and of freedom of action for the individual and
recognizes in legalistic and artificial monopolies the real evils of
capitalism."
39.
^ a b c Steve Bastow, James
Martin. Third way discourse: European ideologies in the twentieth century.
Edinburgh, Scotland, UK: Edinburgh University Press, Ltd, 2003. Pp. 72.
40.
^ Nadia Urbinati. J.S. Mill's political thought: a
bicentennial reassessment. Cambridge, England, UK: Cambridge University
Press, 2007 Pp. 101.
41.
^ Comparing Economic Systems in
the Twenty-First Century, 2003, by Gregory and Stuart.
p. 62, Marx's Theory of Change. ISBN 0-618-26181-8.
42.
^ Schaff, Kory (2001). Philosophy
and the problems of work: a reader. Lanham, Md: Rowman & Littlefield.
pp. 224. ISBN 0-7425-0795-5.
43.
^ Walicki, Andrzej (1995). Marxism
and the leap to the kingdom of freedom: the rise and fall of the Communist
utopia. Stanford, Calif: Stanford University Press. p. 95. ISBN 0-8047-2384-2.
45.
^ "At the Afro-Asian Conference in
Algeria" speech by Che Guevara to the Second Economic
Seminar of Afro-Asian Solidarity in Algiers, Algeria on 24 February 1965
Daftar pustaka
·
Fried, Albert. 1964. Socialist Thought: A
Documentary History. Garden City, New York: Doubleday Anchor.
·
G.D.H. Cole. 1965, 2003. History of Socialist Thought. Macmillan and St.
Martin's Press, Palgrave Macmillan (cetak ulang). ISBN 1-4039-0264-X.
·
Weinstein, John. 2003. Long Detour: The
History and Future of the American Left. Westview Press. ISBN 0-8133-4104-3.
·
Wilson, Edmund. 1940. To the Finland
Station: A Study in the Writing and Acting of History. Garden City, New York: Doubleday Anchor
Daftar Pustaka dari SOSIALISME SEBAGAI IDEOLOGI POLITIK
DAFTAR PUSTAKA
Alfian
. (1976) Ideologi , Idealisme dan Integrasi Nasional , dalam Yahya Muhaimin ,
Masalah- masalah Pembangunan Politik . Yogyakarta : Gajah Mada University Press
.
Anthony
Crosland . ( 1978) . “ Sosialisme Sekarang “ , dalam Andrew Blowers dan Grahane
Thomson , Ketidakmerataan , Konflik dan Perubahan .Jakarta , Universitas
Indonesia Press.
Fans
Magnis . (1975) . Etika Sosial . Jakarta :
Lyman
Tower Sargent . ( 1984) . Ideologi –Ideologi Politik Kontemporer . Alih Bahasa
AR Henry Sitanggang. Jakarta : Erlangga.
Miriam
Budiardjo . ( 1981) . Dasar-Dasar Ilmu Politik . Bandung Alumni .
Soemardjo
. ( t.t) Sejarah Sosialisme di Eropa Dari Abad ke-19 Sampai 1914 . Jakarta
:Harapan Masa .
Sutarjo
Adisusilo . (1991) . Kapita Selekta Sejarah Eropa Abad XVIII-XIX . Yogyakarta :
IKIP Sanata Dharma .
Walter
Ode J . ( 1990) . “ Sosialism” dalam The Encyclopedia Americana . Volume 25 .
Connecticut : Glolier Incorporated .
William
Ebenstein . (1994) . Isme-Isme Dewasa Ini . Jakarta : Erlangga .
Winardi
. (1986) . Kapitalisme Versus Sosialisme . Bandung : Remaja Karya .
Wiryono
Prodjodikoro . ( 1981) . Asas-Asas Ilmu Negara dan Politik . Bandung : Eresco .
Para pengunjung lokas ini harap tingalkan komentar yaaaaa.....
BalasHapus